Monday, February 18, 2008

Aku Cin(t)a Indonesia



AKU CIN(T)A  INDONESIA

Krisis moneter yang sudah dirasakan sejak bulan Juli 1997,telah memporak porandakan tatanan kehidupan ekonomi masyarakat.Harga kebutuhan pokok menjadi kacau balau.Pembeli bingung,Penjual tanpa kecuali.Issue penimbunan sembako menimpa para pedagang.Ditunjang pemberitaan gencar media cetak dan teve,para pedagangpun menjadi sasaran kecurigaan masyarakat.
Tahun-tahun itu,saya kebetulan ditugaskan di kota Kebumen dimana istri saya berasal. Suasana tertekan dirasakan hampir semua lapisan masyarakat.
Suatu hari saya mampir dirumah mertua yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari.Saya menyaksikan pembeli sedang bersitegang dengan pegawai toko gara-gara harga gula pasir naik dari biasanya.
Lho kok harga naik lagi,kemarin saja kan sudah naik?”
 lha gimana yaaa, wong kulakan*)nya naik,nanti kalau harga tidak ikut menyesuaikan tidak bisa kulakan lagi” ,dengan bahasa halus mertua saya,waktu itu berusia 73 th,mencoba menengahi.
Pembeli yang usianya jauh dibawah mertua dengan garang memaki,”Situ jangan seenaknya menimbun dan menaikkan harga ya dst…. dst “kemudian pergi.Pegawai toko mertua jadi ikut kesal ”siapa sih sing seneng harga naik?dikirane sing dodol ora bingung apa?wis ora tuku,bisane ngamuk”**)
Yang membuat terkejut adalah tuduhan “menimbun dan menaikkan harga” dengan ringannya terlontar.Padahal mertua(janda) mengurus toko kecilnya dibantu satu karyawan,kalau kulakan pun sebenarnya hanya sebatas melayani penjualan eceran untuk para tetangga.Jualan pun hanya karena semangat mertua yang tidak mau pensiun.Jadi hanya untuk kesibukkan “karena tidak mau pikun”
Hari-hari menjelang Bulan Mei 1998,bangsa Indonesia bergolak.Dipelopori mahasiswa mereka meneriakkan Reformasi.
Sayang,tujuan mulia mahasiswa direspon membabi buta.Gugurnya empat mahasiswa Trisakti,memicu kemarahan masyarakat yang berkembang dan (di)belok(kan) menjadi issue rasial yang melanda seantero Nusantara.
Situasi tidak menentu juga melanda Kebumen.Untuk mengantisipasi keadaan,Romo E.Untung M Susanto MSC selaku pengayom umat Paroki St.Yohanes Maria Vianney mengajak umat untuk melakukan Ronda di Gereja Katholik Kebumen.
Saya terpanggil melakukan ronda.Ditengah situasi yang penuh syakwasangka, setiap jam 22.00 berangkat berjalan kaki ke Gereja Katholik.Dijalan biasanya disusul teman ronda yaitu Ha-Hap/Gunawan dan Chien Hwa/Ay Hwa,mereka bersepeda.Berkumpul di aula samping gereja,sudah menunggu Bapak2 umat Paroki yang siap dengan musik keroncongnya. Sambil menikmati musik,kita ngobrol aneka topik dengan akrab sambil menapaki waktu hingga datangnya pagi hari.Romo Untung kebetulan mempunyai hobby sama yaitu menulis.Kamipun berbincang sambil bertukar wawasan. Bahkan Romo Untung memberi buku editorialnya yang berkisah tentang seniornya, “Henk Loogman MSC,Hidup Dan Kharismanya”.
Perbincangan yang serba natural,wajar diantara peronda benar-benar tidak terpengaruh dan sangat berbeda dengan suasana hingar-bingar penuh semangat “kambing hitam” diluar sana.Barangkali inilah yang menyebabkan kami(Hahap-Chien Hwa dan Saya) selalu bersemangat berangkat ronda,walau situasi sangat tidak kondusif.Bahkan walau saya harus was2 meninggalkan istri dan ke dua anak saya yang masih kecil di rumah kontrakan sendirian.
Pada tempat dan waktu berbeda,pernah diajak berbincang oleh kenalan yang mendadak menjadi paling nasionalis.
Ybs menyebut”kalau panjenengan(***) pasti sudah membaur,tidak seperti cina Kebumen yang sipit-mereka tidak membaur” ungkapnya, mungkin untuk membesarkan hati saya. Dengan  memberanikan diri coba  menjelaskan, bahwa saya sama dengan “cina Kebumen”.Bedanya,saya Hitachi(Hitam tapi china).Tapi,tetap sama2 cina.Apalagi oleh negara , memang sejak lahir sudah sah digolongkan menjadi Cina melalui tanda/ciri khusus berupa Staatsblad No.1917-130 di akta kelahiran.Ini artinya,Tentang Catatan Sipil untuk Golongan Timur Cina.Tidak bisa menolak apalagi protes,sekalipun bila orangtua saya(waktu dulu) berdebat dengan dalih nation building.Ironisnya, Staatsblad No.1917-130 ini made in kumpeni,yang sudah terusir dari bumi Nusantara.Dinegaranya sendiri (Belanda),mereka malah ber “Bhineka Tunggal Ika”.Sehingga Ruud Gulit,Frank Rijkard bisa enjoy bermain bersama dengan Marco van Basten,Ronald Koeman,Erwin Koeman dan menjadikan Kesebelasan Belanda Juara Eropa th 1988. Patrick Kluivert,Edgar Davids,Gaston Taument,Clerence Serdorf bersama  Frank de Boer,Edwin de Boer,Edwin van der Sar,Dennis Bergkamp menjadikan kesebelasan Belanda disegani tidak hanya di eropa namun juga di dunia.
Soal membaur,saya jelaskan bahwa tak layak diperdebatkan.Apalagi bila dibanding Mobnas/Mobil Timor(masa-masa itu promosi mobnas Timor sedang gencar-gencarnya). “Karena walaupun (ujug-ujug) dikatakan (sebagai)Mobil Nasional, tapi kenyataannya built up/100% import.Sedang “cina kebumen”,tampilan genetiknya memang ada yang built up dengan ciri kulit kuning dan mata sipitnya,namun telah turun temurun di Indonesia dan komponennya pasti mencapai 100% lokal.Bukti nyatanya, dengan Pecel,Golak,Sate Laler,Sop Amat,Nasi Penggel,Soto Darsum,****) mereka akrab dan biasa bersosialisasi dan beraktifitas tanpa kenal sekat dan batas dari masa ke masa”.
Tidak ada kepuasan ataupun merasa “menang” berargumentasi  dengan kawan yang paling “nasionalis” tadi.Begitu teringat suasana wajar,natural saat ronda,disatu sisi saya hanya bisa bersyukur. Dengan realita yang ada,telah mencoba berpartisipasi meluruskan issue yang berspirit memecah belah.Walau disisi lain merasa lelah membuang waktu dan energi percuma untuk menjelaskannya ditengah opini yang dibuat salah kaprah,menyesatkan dan memojokkan serta jauh dari semangat Persatuan dan Kebersamaan ditengah Perbedaan.
Memasuki era Reformasi, 7 September 1998,Kebumen dilanda kerusuhan. Warga  yang menjadi korban,berkonsolidasi melalui Forum Kepedulian Korban Kerusuhan Kebumen (FK4).Saya meminta kesediaan Romo Untung melakukan pendampingan korban di FK4.Dengan antusias beliau bersedia meluangkan waktu,lengkap dengan masukkan2nya yang cerdas dan menyejukkan pada setiap rapat yang kami adakan di Klenteng Khong Hwie Kiong,Kebumen.
Thn 1999,teringat hobby Rm Untung selain menulis,ternyata pinter ndalang.Kebetulan saya punya kawan juga pinter ndalang.Jadilah kita sepakat buat acara wayang kulit,digelar diaula samping gereja untuk masyarakat umum.
Malam beranjak larut,acara meriah yang membuat saya betah mendadak berubah.Setelah dari mulut ke mulut mendengar kabar pertikaian antar simpatisan parpol besar di Gombong.Saat itu menjelang pemilu.Trauma Kerusuhan Kebumen dan Tanggung jawab selaku kepala keluargalah yang akhirnya memaksa saya berkoordinasi untuk mengatur kepulangan teman2.Setelah itu,sayapun harus meninggalkan pentas  duet “dalang” Rm Untung-Budi(teman saya dari  kerabat keluarga dalang kondang di Purwokerto) mendahului acara usai.

Menyongsong Satu Abad Kebangkitan Indonesia (20 Mei 1908 -20 Mei 2008),Kenangan indah satu dasawarsa lalu pada kegiatan di Gereja Katholik  Kebumen yang penuh  Kebersamaan,sangat membekas.Sayang dibiarkan berlalu dan terlalu indah untuk dilupakan.

AKU CIN(T)A INDONESIA.Memang,dari sononya,dan oleh negara digolongkan, sebagai Cina.Yang Tidak bisa dipungkiri dan juga yang  tak boleh dilupakan adalah bahwa  Cina  Indonesia juga  Cinta Indonesia.Saatnya menumbuh kembangkan Kebersamaan Dengan Tetap Menghargai Perbedaan.Sehingga Indonesia Segera Bangkit untuk Maju Bersatu Menjadi Bangsa Yang Kuat dan Bermartabat Ditata Pergaulan Global.


Semarang,18 Februari 2008



(Purnomo Iman Santoso alias The Tjiauw Liong)
Villa Aster II Blok G No. 10
Srondol
Semarang


kulakan*)=membeli lagi
dikirane sing dodol ora bingung apa?wis ora tuku,bisane ngamuk”**)=dikiranya penjual tidak bingung?sudah tidak beli,bisanya marah-marah
panjenengan(***)=anda
Pecel,Golak,Sate Laler,Sop Amat,Nasi Penggel,Soto Darsum,****)=panganan khas kebumen

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home