Agar Semarang Semakin Mempesona
Melewati kawasan Kampung kali,Jl Diponegoro, sejenak kita lupa kegersangan kemarau di Semarang.Apalagi Jl. Setiabudi, depan asrama Banteng Raider Srondol, asri,lengkap dengan ratusan burung blekoknya.
Hijau, angin sepoi, jadi kebutuhan semua orang,apalagi Bumi Makin Panas.Sering dijumpai warga memanfaatkan kerindangan pohon untuk berteduh.Tak terbatas abang becak,pedagang kaki lima dan pejalan kaki.Pengemudi roda empat rela berhenti agak jauh dari traffic light yang menyala merah demi mendapat ruang jalan yang terik mataharinya terhalang kerindangan pohon.Sirkulasi udara sehat kebutuhan semua. Kesegaran udara tak tergantikan AC sepenuhnya,sekalipun ada genset saat listrik mati.
Dibanding ibu kota provinsi lain yang ada di Pulau Jawa, kondisi geografis Semarang termasuk istimewa.Satu-satunya yang mempunyai perbukitan sekaligus pantai, maka dikenal ada kota atas dan kota bawah. Jakarta,Surabaya,Jogjakarta,Bandung tak selengkap ini.
Semarang sangat memungkinkan menjadi kota yang nyaman.Ini terwujud bila penataan kota semakin memperhatikan pemeliharaan ataupun pengembangan jalur-jalur hijau.Kondisi saat ini masih sangat mungkin ditingkatkan.Banyak jalur hijau yang pepohonannya sudah tumbuh sehat hanya perawatannya perlu seksama.Pemangkasan yang berkesan asal-asalan mengakibatkan fungsi pohon sebagai peneduh tidak optimal,disamping mengabaikan estetika. Banyak juga area yang (masih) “gundul”/digunduli.
Kalau dicermati,ada beberapa hal yang mengakibatkan kurang terawatnya maupun kurang berkembangnya jalur hijau ini .
-Lokasi yang tak tepat.
Perkembangan kota dan fasilitasnya menuntut dinas terkait harus cermat dalam menentukan lokasi yang akan ditanami pohon peneduh jalan.Pohon yang ditanam dekat tiang listrik/telpon,dibawah jalur kabel listrik,dekat saluran air,dapat dipastikan tidak akan tumbuh dan berfungsi seperti yang diharapkan. Dikawatirkan dahannya mengakibatkan konsleting saat hujan angin,dipangkas. Atau tak jarang pohon pun ditebang karena akarnya merusak atau mengganggu.
-Jenis pohon
Ini banyak dijumpai pada pohon angsana dan sejenisnya.Walau cepat tumbuh,daunnya yang mudah rontok,merepotkan warga sekitar untuk sering membersihkan halaman hingga atap rumah agar saluran air tidak mampat.Dahannya yang rapuh mudah patah membahayakan orang lalu lalang.Ini berakibat pohon dipangkas mengabaikan fungsi(peneduh) nya. Tak jarang malah ditebang.
-Kurangnya Komitmen.
Pohon masih sehat,rindang tidak ada keluhan warga,namun ditebang.Seperti tampak pada (bekas) beberapa pohon disekitar depan SMA Sint Louis,Jl Setiabudi(tanah putih) Semarang .Kalau lihat lokasinya dipinggir jalan raya,yang menebang bukan warga . Ini juga tampak pada alih fungsi lahan untuk perumahan maupun kawasan industri tanpa persiapan cepat-tepat kawasan hijau pengganti.
Perlu cara yang sesuai dengan perkembangan jaman agar pohon tumbuh secara jangka panjang. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan.
-Perencanaan Prima.
Tanam jenis pohon peneduh yang relatif aman,nyaman dan tidak terlalu mengotori lingkungan.Jaman dulu, pohon peneduh terdiri dari asam jawa,kenari dan lain-lain.Pemerintah kolonial Belanda pasti telah mempelajari keunggulan jenis pohon ini.Dibeberapa lokasi seperti di sebagian Jl Pemuda, Jl Sultan Agung Semarang, jalan diluar kota,masih banyak dijumpai. Perhitungkan jarak saat menanam,agar pohon dapat tumbuh sehat. Bila terpaksa harus ditebang,pohon pengganti harus sudah tumbuh lebih dahulu.
Dengan berkembangnya area usaha,kantor hingga dipelosok kota, lokasi penanaman pohon penghijauan perlu disesuaikan.Lebih bermanfaat,menanam pohon peneduh dijalur pembatas jalan,dari pada memasang TV Raksasa ataupun baliho iklan yang justru bisa membahayakan pengguna jalan.
Pertimbangannya, jalur pemisah relative bebas dari kabel listrik,telpon,PAM maupun saluran air.Diharapkan,pohon bisa tumbuh lebih leluasa.
Pohon yang ditanam dengan pola lama(di sisi jalan) di kota hampir dipastikan tidak bertahan lama.Baik karena pihak yang menanam kurang memperhitungkan lokasi dan pertumbuhan pohon nantinya,ataupun karena pengembangan lokasi. Adanya dinamika ini,bisa saja lokasi pohon menjadi tidak pas.Diprediksi akan mengganggu,pasti akan mati atau di’mati”kan.Karena pengembangan tempat usaha,pohon bisa jadi menghalangi akses.Ataupun (bila tumbuh)dahannya akan terlalu dekat menempel bangunan.Disamping merusak,ada resiko keamanan.
-Paradigma baru .
Pohon sebagai asset bersama warga maupun pemda.Jadi,bila akan ditebang ataupun dialih fungsikan,harus ada alasan jelas,bisa diterima warga. Dengan demikian,dalih kepentingan umum akan dirasakan secara tepat. Ini penting,agar tak terjadi lagi keluhan warga seperti atas ditebangnya pohon peneduh di Jl Diponegoro Salatiga. Ataupun tak lagi terjadi di”rajah”/”tattoo” nya sebuah pohon di Jl Diponegoro Semarang dengan dalih “seni” yang menimbulkan kontroversi,beberapa waktu lalu.
-Ratio Ideal
Perlunya ditentukan ratio ideal antara jumlah petugas lapangan dengan pohon yang mesti dirawat..Agar perawatan dan monitoring optimal. Pohon tak lagi beralih sebagai media kampanye,pemangkasan tak lagi asal-asalan,karena estetika jadi pertimbangan penting.Juga ratio ideal untuk kawasan hijau sehingga ada kompensasi untuk alih fungsi lahan.
-Parameter
Keberhasilan penghijauan tidak lagi pada berapa “ratus juta” yang ditanam,tapi dari banyaknya yang tumbuh terawat dengan tetap memperhatikan fungsi sebagai pohon peneduh.
-Will Power
Pemerintah berkemauan kuat.Melalui dinas terkait proaktif dan menindak lanjuti feed back maupun saran masyarakat.
Masukan diatas memang belum sempurna.Ada perkecualian.Contohnya,saat Sidang Umum MPR(Pilpres) tahun 1999.Ditebangnya banyak pohon peneduh di sepanjang jalan Jogja-Solo oleh massa yang kecewa terhadap hasil pilpres.Apapun alasannya,hal ini tentu tidak dapat dibenarkan. Demi emosi sesaat, tidak bijak korbankan pohon yang memberi kontribusi udara sehat bagi semua .
Terwujudnya Semarang Yang Semakin Hijau dengan makin menjamurnya paru-paru kota,pasti akan berdampak sangat positif.Penyerapan CO2 dari gas buang kendaraan dibarengi produksi oksigen oleh jalur hijau,akan meningkat pesat.Tak perlu memasang papan elektronik indikator kualitas udara disudut kota,dipastikan udara semakin kaya O2.Indikatornya simple,murah,akurat.Udara dirasakan semakin segar.Manfaat banyaknya pohon juga banyak menyerap air hujan, akan memberi kontribusi menahan abrasi air laut.
Mungkin tak sepopuler mendatangkan dan mengalirnya modal investor untuk tumbuhnya mall,bertebarannya hotel berbintang dan penuh sesaknya baliho promosi,yang digunakan sebagai indikasi majunya perekonomian. Namun,penghijauan yang berkualitas juga bentuk investasi penting yang bersifat saling melengkapi.
Dari Go Green ,Semarang akan semakin mempesona untuk Go International.
Semarang, 17 September 2008
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II,Blok G No.10,Srondol,
Semarang
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home