Monday, May 31, 2004

Pemimpin Yang Cerdas

Tanggal 5 Juli 2004 Rakyat Indonesia akan melakukan pemilihan secara langsung untuk mencari presiden dan wakil presiden yang akan menjadi pemimpin bangsa lima tahun ke depan.Pemilihan diharapkan bisa berlangsung satu kali saja dengan pertimbangan agar kepastian siapapun pemimpin bangsa ini dapat segera diketahui,efficien serta tidak berlarut-larut ,karena rakyat sudah lelah melakukan pemilu caleg yang penuh hingar-bingar .
Sambil menunggu kampanye presiden , saya pikir rakyat pemilih juga perlu mempersiapkan diri agar punya bahan pertimbangan yang rasional untuk menentukan kriteria pemimpin idolanya dimana rakyat tidak lagi gunakan kriteria yang tidak jelas.Program,visi-misi yang bagus saja masih belum cukup sebagai suatu tolok ukur untuk pilih tokoh tertentu.
Dimasa lalu hingga saat ini rakyat dibius dengan wacana yang sepintas populer dan menjanjikan(Kombinasi jawa-luar jawa,pemimpin militer atau pemimpin sipil, strong leader dll).Namun untuk pemilihan saat ini sudah saatnya rakyat mau merubah paradigmanya dengan keluar dari wacana2 yang disajikan para politikus .
Banyak capres masih melihat pemimpin sebagai jabatan dengan segala hak2 kekuasaannya. Ini tampak dari aktifitas super sibuk para capres beberapa waktu yang lalu,untuk mencari sosok yang akan diajak berkoalisi yang dinilai dapat wujudkan ambisinya dan memperkuat powernya sehingga kenyamanannya nanti saat berkuasa / menjabat lebih terjaga.

Rakyat sudah saatnya harus punya paradigma baru bahwa Pemimpin adalah suatu pilihan bukan suatu jabatan (Leadership is a choice not a position-Dr Stephen R Covey).Pemimpin seperti ini tidak akan memprioritaskan kenyamanan diri saat berkuasa maupun hak-haknya. Dia lebih memberi prioritas berkoalisi dengan sosok2 yang memiliki kecerdasan utuh yang bisa melakukan problem solving terhadap masalah yang ada dan siap melayani rakyat.Daripada dengan yang punya power saja.
(“Sebagai urusan setiap orang , kepemimpinan telah menjadi persoalan pilihan,yaitu pilihan untuk membuat sesuatu terwujud dan pilihan untuk memunculkan suatu perubahan” Kompas 12 Oktober 2003:Dr Stephen R Covey)

Tidak banyak yang memiliki kecerdasan yang bisa terasah secara utuh, tapi ini yang kita cari.Yang punya kecerdasan secara utuhpun bukan berarti tanpa kekurangan,karena tidak ada manusia yang sempurna.Tapi sudah saatnya bangsa Indonesia mempunyai pemimpin yang cerdas,yang tolok ukur tidak semata-mata dari:
-Gelar akademis ,
-Jabatan ,pendidikan Militer karena anggapan bahwa militer tempat ideal kaderisasi pemimpin bangsa
-Sehat jasmani rohani yang ditunjukkan dari surat keterangan dokter
Kalau tolok ukur,syarat capres-cawapres hanya seperti diatas , ini bisa menjadi sekadar formalitas dan sumpah-janji capres-cawapres hanya akan menjadi ritual rutin yang kehilangan makna dan ke sakralan nya.
Tentunya masih segar dalam ingatan kita surat “sakit” dari team dokter independen kepada mantan presiden Suharto yang menjadi kontroversi di masyarakat karena media menginformasikan aktifitas beliau yang justru memberi kesan sehat.Beberapa waktu lalu wakil rakyat di DPR berdebat sengit, adu argumentasi, saling lobby untuk masalah kriteria pendidikan Presiden yang pada akhirnya hanya sebagai sarana tawar-menawar untuk saling mendapatkan konsesi kepentingan antara para elite politik.Terkini muncul SK KPU bekerja sama dengan IDI untuk menentukan kriteria presiden sehat jasmani dan rohani.
Syarat2 ini, yang lebih menekankan pada hal-hal formal, hanya akan melahirkan pemimpin yang memenuhi common sense.Pemimpin menjadi sosok yang pandai dan rasional menyusun program,membentuk visi-misi , jago orasi, pakar buat slogan dan jargon, pokoknya “pintar” .Pemimpin yang akan secara hafal ,tegas dan fasih bicara Undang-undang dan peraturan bila berhubungan dengan terlindunginya hak2nya .Namun akan jago mengemas dalih,memonopoli interpretasi ,kalau berkaitan dengan terabaikannya kewajiban-kewajibannya
Untuk menjadi pemimpin, pintar saja tidak cukup,tapi juga harus benar dan bijaksana. Apa yang dituangkan di atas kertas, diperdebatkan di podium harus benar2 berhasil dilaksanakan menjadi bukti menyentuh kepentingan rakyat banyak yang dipimpinnya.Dengan kata lain tidak mengabaikan common practise.

Kalau kilas balik ,Presiden RI pertama ,Ir Soekarno , mungkin salah satu contoh pemimpin yang memiliki pemahaman Leadership is a choice not a position. Kepemimpinannya tidak karena jabatan presiden semata-mata.Tapi dengan pemikiran untuk melakukan perubahan yaitu kemerdekaan yang diperjuangkan dengan persatuan.Pemikiran untuk perubahan ini bahkan sempat dianggap sebagai mission impossible baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis pada masa itu.
“Semuanya ini tentu saja berhubungan dengan kekuasaan,power,akan tetapi Soekarno tidak berbicara kekuasaan dirinya.Dia berbicara tentang kelas berkuasa dan bukan tentang dirinya dan kekuasaan akan tetapi suratan takdir untuk memimpin”

“Semakin Soekarno diperiksa semakin kita tidak mengerti siapa Soekarno itu selain bahwa suratan takdir itu sudah dipenuhinya yaitu memimpin Indonesia dalam waktu yang lama-bukan sekedar waktu menjadi presiden ,akan tetapi jauh-jauh sebelum itu, sekurang-kurangnya sejak mengeluarkan manifesto Soekarno-ich tahun 1926 sampai dijatuhkan militer tahun 1966 di Jakarta”

“Dalam manifesto Soekarno,maka dasar berpijak itu berada pada kemerdekaan dari mana tidak ada reduksi lagi-yaitu kemerdekaan dalam arti lepas dan melepaskan diri dari kolonialisme asing,barat.”
(Kompas 1-6-2001-Satu Abad bersama Nusantara dan Nusantara bersama Soekarno)

Dari sisi common sense beliau adalah seorang cendekiawan dengan segudang buah pikiran baik yang tertuang dalam orasi maupun dalam tulisan.Dari sisi common practise , seorang cendekiawan sekaligus seorang pejuang kemerdekaan negara ini , yang karena perjuangannya berkali-kali harus keluar masuk penjara penjajah .
Kepemimpinannya diperdebatkan dinegri sendiri namun diakui didunia , ini kenyataan .Sehingga seorang Dr Mahathir Mohamad mantan PM Malaysia,sosok yang berkelas dunia dari negara berkembang masa ini, tidak merasa berkecil hati dengan julukan Little Soekarno,kalau tidak mau dikatakan malah bangga.Dia banyak menerapkan konsep dan pemikiran kepemimpinan Soekarno secara effektif dibanding para presiden RI penggantinya.Walaupun Ironisnya, Soekarno yang mengobarkan Ganyang Malaysia.

Kalau kita mengikuti tayangan kecerdasan manusia di salah satu TV swasta beberapa waktu lalu, kita bisa ukur Common sense seseorang dari IQ (Intelligence Quotient) yang ditunjukkan dari gelar2 akademis , maupun dari sisi kecerdasan emosi-EQ(Emotional Quotient) yang ditunjukkan kemampuan berkomunikasi.
Untuk mengetahui common practise , rakyat indonesia harus jeli melihat track record para capres-cawapres, simak perjalanan kariernya, simak juga sikap2nya disaat ybs dalam kondisi populer maupun tidak populer, disaat punya otoritas maupun tersingkir, apakah selalu konsisten dan tetap berprestasi .Dan yang paling penting apakah ybs ini juga selalu dengan cerdas berpihak kepada prinsip-prinsip Universal dalam berbagai situasi yang mungkin sangat sulit:”seperti bisa di percaya ,tulus ,berbudi baik,berperasaan,jujur dan fair”(Kompas 12 Oktober 2003:Dr Stephen R Covey).
Karena dari sini bisa dilihat kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) dalam pemahaman berakhlak dan bermoral tidak sekedar beragama,kecerdasan berkreasi dalam segala situasi(CreativeQuotient) dan kecerdasannya merubah kesulitan,tantangan menjadi peluang (Adversity Quotient)
Bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara terkorup di dunia,ini memang permasalahan bangsa yang dihadapi dan harus diatasi saat ini.Kita butuh pemimpin yang secara cerdas(dan tegas) berani melakukan perubahan memberantas korupsi tanpa pandang bulu dan sampai ke akar2nya , sekalipun ada pihak-pihak yang menganggapnya sebagai mission impossible. Dengan demikian pemimpin yang tidak berorientasi jabatan, memenuhi common sense dan common practise dapat dikategorikan pemimpin cerdas yang kita cari. Dia pemimpin yang tidak akan terjebak pada masalah tetapi terus proaktif cari solusi. Siapa dia ?mari kita sama-sama cermati.

Semarang ,31-5-2004


(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10
Srondol, Semarang 50268
Hp 08156530368