Jalan Pandanaran Semarang hari-hari ini berproses dengan wajah
baru.Ada yang datang,ada yang pergi.Yang datang adalah berdirinya Gedung baru
bernama Menara Suara Merdeka.Yang pergi,untuk selamanya adalah Kantor Harian
Suara Merdeka.Kantor yang sudah akrab dengan masyarakat,saya sendiri tidak tahu
persis mulai keberadaannya,mungkin sejak 11 Februari 1950,sejak berdirinya
Harian Suara Merdeka.
Di depan Gedung Menara Suara Merdeka ada papan
bertuliskan Gedung dibangun oleh PT Waskita Karya,kontraktor besar bereputasi
teruji.Dalam beberapa kesempatan, berbincang dengan pihak yang terlibat dalam
pembangunan, menceritakan bahwa Gedung Menara Suara Merdeka adalah Smart
Building,Eco Building,Green Building.Gedung ini nantinya menjadi Gedung pertama
di Semarang dengan konsep BAS(Building Automatic System).Dengan konsep tersebut,menjadikan
gedung ini ramah lingkungan karena hemat energy,hemat listrik,hemat penggunaan
air tanah.Dengan teknology berkualitas,udara dalam gedung diatur sedemikian
rupa sehingga tetap nyaman bagi penghuni,tanpa ada effect samping terhadap
lingkungan sekitar.Menggunakan Air Condition yang intinya tidak menghasilkan
gas buang yang berdampak effek rumah kaca.Air limbah di daur ulang dengan
instalasi modern dan air hasil daur ulang dimanfaatkan lagi untuk perawatan
gedung dan taman.Jadi, keberadaan gedung ini sangat mendukung lingkungan
sekitarnya.
Pembangunan yang melibatkan tenaga trampil di berbagai
bidang konstruksi,konstruksi baja,dll dilakukan dengan tetap menjaga kualitas
dan akurasi ,ditengah jadwal kerja yang
ketat.Aura kemegahan Menara Suara Merdeka pun segera terpancar semakin kuat
dari hari ke hari, sejalan dengan progress pembangunannya.
Sebagai pembaca setia harian Suara Merdeka,warga Jawa
Tengah tentu sangat senang dan bangga atas kemajuan harian yang punya motto
korannya wong jawa tengah ini.
Ketika masih
Kantor Harian Suara Merdeka,Jl Pandanaran 30 ini terasa sangat akrab dengan
masyarakat. Penyebabnya,ada kotak kaca yang berisi harian Suara Merdeka,yang
selalu update tiap hari. Masyarakat yang berlalu lalang,sejenak berhenti silih
berganti dengan keberaturan tanpa peraturan tapi keberaturan yang sangat alami,tertib
membaca koran yang terpampang di kotak kaca. Suasana ini terasa sangat khas
kalau tak mau dibilang unik istimewa,meski di era modern/koran cyber, sekalipun.Ada
kenangan masa lalu yang tetap indah bukan untuk sekedar dikenang,tapi akan
sangat luar biasa bila tetap ada.
Gedung Menara Suara Merdeka pasti di desain oleh
arsitektur yang piawai.Tidak tahu,apakah kotak kaca tempat koran tersebut masih
mendapat tempat atau tidak.Tetapi,sebagai awam,saya tergelitik memberi
saran.Bila mungkin,kotak koran di desain ulang menjadi koran dinding menempel
di tembok depan pembatas dengan trotoar ,yang sepertinya ada ruang cukup, agar “ornamen” indah masa lalu
(kotak koran ) tidak serta merta lenyap tertelan ke megahan
gedung baru.Kemegahan yang sebaiknya tidak menjadikannya berjarak .Karena, di
“ornamen” yang berkesan sepele tersebut, ada yang tidak tergantikan.Yaitu pesan keakraban
masyarakat.Dan bukan tidak mungkin,keberadaan koran dinding yang didesain oleh
arsitektur piawai, justru semakin memperkuat konsep Smart Building yang
benar-benar riil didukung lingkungan.
Selamat atas Berdirinya Menara Suara Merdeka.Semoga Terus
Berjaya
Semarang ,14-7-2012
(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268