Thursday, January 31, 2008

Wasit dan Citra Bangsa

Setelah berhasil Juara dengan mengalahkan Kesebelasan Korsel 5-2 di Final Djakarta Anniversary Cup-III pertengahan bulan Juni 1972,Kesebelasan PSSI saat itu di perkuat Kiper:Ronny Paslah,Yudo Hadianto,-Back: Juswardi,Sunarto,Mahful Umar,-Gelandang: Anwar Ujang(Capt),Suaeb Rizal,Budi Santoso,Mulyadi,-Penyerang:Iswadi,Surya Lesmana, Yacob Sihasale,Risdianto,Ronny Patinasarani, Basri, Abdul Kadir,Waskito; mendapat “hadiah” berupa kesempatan menjajal Kesebelasan Santos dari Brasil. Didatangkan untuk sekali pertandingan dengan biaya US$45.000 atau Rp. 18.000.000,-- Suatu nilai yang tidak kecil(waktu itu),namun dilakukan dengan tujuan agar Pemain PSSI bisa memperluas wawasan.Menimba ilmu langsung dari Pele,Edu pemain nasional yang mengantar Kesebelasan Brasil menjadi Juara Dunia dengan menjuarai Jules Rimet Cup untuk ke tiga kali di tahun 1970.
Berakhir 2-3 untuk kemenangan Santos pertandingan berlangsung menarik dipimpin R.Hatta,wasit yang diakui FIFA.Niat baik menimba ilmu hampir berantakan,saat sempat nyaris terjadi baku hantam antar pemain kedua kesebelasan.Di jaman itu perkelahian antar pemain sepakbola bukanlah ”ritual”rutin.Apalagi melibatkan pemain dari klub dunia sekaliber Santos.Konon,ketidak tegasan wasit R.Hatta, menjadi penyebab kejadian yang nyaris memalukan tersebut.Hal ini sempat disesalkan oleh Pele,pihak PSSI pun sependapat.
Bercermin dari kejadian 36 tahun lalu,tampaknya pembenahan PSSI harus menyeluruh. Wasit(juga Hakim Garis) yang selama ini wajib dipatuhi keputusannya di lapangan,wajib ada pembenahan tanpa kecuali. Kita sepakat Wasit yang dipercaya memimpin pertandingan resmi adalah wasit yang professional(ahli).Sudah paham peraturan dan teruji dengan mendapatkan lisensi sebagai pengakuan terhadap profesionalitasnya.
Namun,Profesionalitasnya masih perlu dilengkapi dengan Leadership dan Integritas agar bisa memberi keputusan adil atau bisa diterima semua pihak.
Dilapangan,wasit(dibantu hakim garis) adalah pemimpin pertandingan yang dituntut berani ambil keputusan.Idealnya,Keputusannya tepat,populer,dan dapat memuaskan semua pihak. Kenyataannya,juga harus berani ambil keputusan tidak popular atau bahkan bisa keliru.
Perbedaan sudut pandang saat kejadian/pelanggaran yang terjadi pada waktu sekejap, memungkinkan terjadinya kekeliruan.Pemain bahkan penonton bisa kecewa terhadap putusan wasit.Sebagai pihak yang paling dekat posisinya,dengan dibantu hakim garis,wasit diuji keberaniannya untuk tetap bersikap tegas bertindak sebagai Pengadil yang tidak ragu-ragu menggunakan kewenangannya dilapangan.
Integritas sangat penting agar wasit professional tidak terjebak kesewenang-wenangan karena membuat tafsir sendiri dengan semangat sebagai pemegang otoritas tunggal yang ditafsirkannya sebagai”kekuasaan”,sehingga mengutamakan kepentingan sempit dan mengabaikan sportifitas.
Di ajang Piala Dunia,Wasit dan hakim garis kelas duniapun tak jarang harus diuji secara keras.Kilas balik Piala Dunia 2002.Wasit berani menganulir gol Damiano Tommasi dan mengkartu merahkan Fransesco Totti pemain top dunia dari Tim”Azzurri”.Italia akhirnya kalah dari tim Korea Selatan 1-2,membuat rakyat Italia meradang dan memusuhi wasit Byron Moreno dari Ekuador. Bahkan tak hanya wasit.Dengan arogansi ala Negara superpower (di bidang sepakbola), Ahn Jung Hwan pemain Korea yang membuat goal sudden death,dipecat dari Klub seri A Perugia.
Di Piala Dunia 2006,wasit Argentina,Horacio Elizondo mengganjar kartu merah pemain maha bintang yang (akhirnya) Pemain Terbaik Piala Dunia 2006,Zinedine Zidane,setelah berkonsultasi hakim garis ternyata menanduk(provokator)Marco Materazzi.
Apakah wasit kaliber Piala Dunia selalu benar?Ternyata tidak.Kekeliruan bisa terjadi.Wasit Dunia pun manusia biasa.Hanya saja karena leadership,profesionalitas dan Integritas yang sudah teruji,wasitpun tetap bisa bersikap tegas tanpa memancing kericuhan maupun mempertaruhkan reputasinya.Beberapa kejadian kontroversial di Piala Dunia 2002.
Wasit Felipe Rizo Ramos dari Meksiko,tak ragu mengganjar Ronaldinho-bintang Brasil,kartu merah karena dinilai melakukan pelanggaran terhadap bek kanan Inggris, Danny Mills.Walau penonton dan Danny Mills sendiri berpendapat kartu kuning lebih pantas.
Wasit Anders Frisk-Swedia tak ragu memberi penalty untuk keuntungan Irlandia saat Damien Duff dijatuhkan dua Pemain belakang Spanyol(ternyata diving).Juga, Pierluigi Collina wasit asal Italia tetap bersikap tegas memberikan penalty kepada Inggris saat Michael Owen diganjal pemain belakang Argentina(juga ternyata diving).Sikap tegas yang berintegritas mengantarkan Pierluigi Collina menjadi wasit terbaik FIFA dan tetap dipercaya memimpin pertandingan final Piala Dunia 2002 antara Brasil-Jerman.
Mudah2an kasus diatas memberi inspirasi wasit kita lebih percaya diri dan memegang teguh integritas dalam memimpin pertandingan. Wasitpun harus diseleksi dan diawasi oleh suatu badan yang berisi orang independent yang memegang teguh etika semacam Dewan Kehormatan Wasit.Dengan mengutamakan kriteria Leadership-Profesionalisme-Integritas,wasit Indonesia akan terseleksi ketat.Wasit akan mampu meredam ulah supporter pelatih,manager klub maupun pemain(sok)bintang.Dengan demikian, tidak berpotensi menjadi pemicu ketidakpuasan yang berujung pada kericuhan hingga kerusuhan kronis menahun.Demi kemajuan sepakbola nasional,pembenahan wasit adalah hal mutlak.Peran mereka sangat vital dalam rangka perbaikan mutu sepakbola nasional.Tanpa wasit yang menjaga reputasi,pemain kesebelasan dunia sekelas Santos pun bisa terjebak situasi emosional. Apalagi manager-pemain-supporter saat laga Arema-Persiwa.
Memiliki wasit yang konsisten menjaga reputasi bagus juga jadi kebutuhan mendesak agar pemain muda potensial seperti Julian Kusuma-PSIS,Boaz Salossa-Persipura tidak layu sebelum berkembang karena cedera sia2 ditebas pemain lawan.Yakinlah,bila selektif dan kriteria Leadership-profesional-integritas “diamalkan secara murni dan konsekwen” kita akan punya banyak wasit dengan kualitas minimal seperti Jimmy Napitupulu.
Sebagai penutup.Kisah tentang wasit diambil contoh dari bidang sepakbola sebagai olahraga kegemaran rakyat banyak.Namun pesan yang ingin disampaikan tidak hanya untuk sepakbola, juga tak terbatas kepentingan Olahraga Nasional. Lebih luas dari itu, karena kualitas wasit bisa menjadi cermin yang berpengaruh pada citra dan martabat bangsa.Perlu diingat,siaran Pertandingan Liga Indonesia juga tertangkap di manca negara.

Semarang,31 Januari 2008

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II,Blok G No.10,Srondol,Semarang