Wednesday, April 22, 2009

Tegur boleh,Tuding Jangan



Masyarakat sepakat kalau Pertamina harus terus dibenahi dan diawasi.Apalagi masa lalu nya semerbak aroma KKN. Penggantian  Dirut Pertamina menjelang Pemilu dan potret buram masa lalu,sah-sah saja para wakil rakyat komisi VII terpanggil menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan jajaran Dirut yang belum ada sebulan dilantik.
Terima kasih kepada DPR yang telah menjalankan fungsi pengawasan. Disadari tugas ini sangat berat.Diperlukan kematangan agar  komunikasi tetap berkualitas dan effektive. Bahkan sekalipun pada situasi kritis, saat keletihan mendera tapi harus mengkritisi  hingga  menegur kolega.Ini penting agar niat menegur tak keliru menuding.Karena, Teguran dan Tudingan tipis batasnya.
Sasaran Teguran adalah Kesalahannya.Sifatnya Obyektif.Tak pandang bulu.Teguran disampaikan secara tegas,jelas data dan parameternya,agar kolega paham kesalahannya. Sekaligus bisa tawarkan solusi.Semangat pembinaan tersirat kuat bermanfaat.Hanya mengacu dan relevansinya jelas berdasar kinerja dan aturan/target yang sudah disepakati bersama. Jadi,menegur butuh kompetensi,karena sasarannya bukan pribadi.

Tudingan,tidak focus APAyang dikerjakan,tetapi SIAPA. Tak(harus) evaluasi kinerja  kolega secara seksama dan tuntas. Tudingan,erat dengan ketidak tegasan,kekaburan dan tanpa solusi. Kepentingan sesaat lebih utama.Bila berseberangan kepentingan(dengan kekuasaan), muncul sikap cari-cari kesalahan, “sensi”(tive), akan berhamburan. Semangat“membina” (sakan), dianggap sah sebagai bentuk “ketegasan” yang lain. Keasyikan evaluasi yang bersifat subyektif dan sisi negatif, abaikan obyektifitas dan seolah tiada sisi positif. Sebaliknya,saat ada kesamaan kepentingan. Menjadi penuh basa-basi.Istilah beri kesempatan,praduga tak bersalah, kompromi, toleransi, bahkan budaya ketimuran, akan dipakai sebagai kemasan,  meski kinerja  jauh menyimpang. (Padahal Jepang,Korea, RRC,India juga budaya timur,tapi tak tolerir penyimpangan). Tudingan  menyuburkan tradisi tumbal,diskriminatif,cikal bakal dari KKN. KKN.Tudingan akan manjur saat informasi serba minim.Di era IT ,masyarakat semakin cerdas menilai dan tak mudah lagi terprovokosi hal-hal yang bersifat pembodohan.Indonesia yang maju butuh banyak pemimpin yang berani dan puya ketrampilan menegur,bukan kepiawaian menuding.

Semarang , 22 - 4 -2009

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268

Tuesday, April 07, 2009

Karakter



Salah satu hal penting yang selalu diingatkan Presiden Soekarno adalah Pembangunan Karakter Bangsa.(Alkisah),Nation Character Building sangat sering disebut dalam setiap pidato dan juga tulisan-tulisannya.
Di dunia perbankan, sebelum melakukan  pemberian kredit,dilakukan apa yang dikenal sebagai analisa 5 C(Character,Capacity,Condition,Capital,Colateral).Tak bermaksud membahas analisa ini,yang menarik,Character diletakkan pada urutan pertama.
Didunia sepakbola/olahraga tak hanya butuh pemain berskill tinggi.Tapi juga berkarakter. Jhon Terry dari klub Chelsea,dipilih menjadi kapten kesebelasan The Three Lions (Inggris) karena dinilai pelatih Fabio Capello sebagai pemain berkarakter kuat.
Saat ini banyak tokoh di Indonesia yang menerbitkan buku.Ada autobiography,ada yang penuh kepentingan,membela diri hingga memuja (diri).Namun tak sedikit buku yang secara obyektif mengisahkan tokoh-tokoh yang benar-benar berkarakter.Diantaranya, Ir Soekarno,Baharudin Lopa,Yap Thiam Hien,Ali Sadikin,Hoegeng Iman Santoso, Munir. Sangat tidak bijaksana bila diabaikan hanya karena stigma,sempat berseberangan dengan kekuasaan,maupun stereotype. Bangsa Indonesia sangat rindu teladan dan panutan dan butuh  pemimpin berkarakter, bermartabat, seperti mereka.
Tak cukup bila hanya diabadikan dalam bentuk penghargaan. Akan sangat bermanfaat bila perpustakaan sekolah,universitas,akademi militer,akademi kepolisian,IPDN, dilengkapi buku-buku autobiography tokoh-tokoh diatas maupun dunia, dan menjadikannya sebagai bacaan wajib bagi anak didik /(maha)siswa.
Pengertian berisi tak lagi sebatas berilmu,bertitel,berpangkat.Apalagi,kalau diartikan wangsit, koneksi, maupun dinasti.Dibutuhkan karakter(baik) agar ilmu pengetahuan tak disalahgunakan. Begitu sangat pentingnya karakter,sampai ada ungkapan knowledge is power,but character is more. Karakter,menjadi sangat penting.Karena, with(great)power, comes(great) responsibility.
Semarang,    7-4-2009

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268