Uang (memang)
bukan segalanya.Tapi,SEGALANYA butuh uang.Begitu populernya ungkapan ini,
sampai-sampai diamini banyak pihak sebagai kebenaran mutlak.Materi menjadi
tujuan dan kenikmatan kekuasaan jadi idaman.Begitu mendambakan,maka
untuk meraihnyapun dengan halalkan segala cara. Pepatah Berakit-rakit kehulu,berenang-renang ketepian.Bersakit-sakit
dahulu,bersenang-senang kemudian;Hemat pangkal Kaya ; dianggap kuno dan ketinggalan
jaman .Muncul paham anyar dan lebih instan yaitu ; kecil kaya raya,gede foya-foya,mati masuk surga.Didukung system,berlangsung
menahun. Akibatnya, proses,kreasi jadi tak penting.Lebih utama
koneksi,kolusi,transaksi.Tanpa 3 “si” yang terakhir ini, sehebat apapun karya menjadi tak ada arti.Tak
heran banyak orang Indonesia berprestasi dan karyanya di hargai justru oleh
Luar Negeri.Johny Setiawan ,astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck
Institute for Astronomy,di Heidelberg, Jerman, menemukan delapan planet di tata
surya lain.Liem Tiang Gwan, kelahiran Semarang,yang berdomisili di Ulm,Negara
bagian Bavaria,Jerman ini dikenal sebagai perancang radar handal, baik untuk
kepentingan sipil maupun militer di banyak bandara seantero dunia.Sastrawan Pramudya Ananta Toer, di bui
karena dikaitkan dengan partai terlarang,meski belakangan tak
terbukti.Karya2nya dimusnahkan,dilarang di negeri sendiri,tapi seabreg
penghargaan dari mancanegara diraihnya dan tahun 2003 namanya sempat santer
sebagai calon penerima nobel di Swedia.Adrian Prabawa,tanpa uang cukup ber
emigrasi ke Jerman ,dia menjelma jadi dirigen piawai di orchestra Theater & Philharmonie Thuringen
di Gera, Jerman.Mereka hanyalah orang-orang biasa.Hanya saja, Karyanya harus
diakui luar biasa . Terlalu jumawa kalau mempertanyakan nasionalisme.Mereka
hanya ingin aktualisasi diri dan talentanya terekspresi. Karena tak sampai hati
untuk korupsi, apalagi pada negeri dan rakyat sendiri.
Tapi tampaknya
Indonesia akan segera masuk Era Baru. 22 Juli 2014 rakyat telah tentukan
sikap.Dengan memilih sosok presiden- wakil presiden yang karyanya sudah di akui
dunia.Yang satu salah satu Walikota terbaik didunia,Yang lain membuat Taman
Nasional Pulau Komodo diakui sebagai 7 keajaiban dunia. Karya-karya kelas dunia
yang diakui warganya.Ironisnya,didalam negeri, dimanapun kota yang dipimpinnya
tak pernah dapat penghargaan Kalpataru…..eh,
keliru …..maksudnya penghargaan Adigang-Adigung…eee kok salah lagi… saya koreksi,yang betul penghargaan Adipura. Masyarakatnya secara gotong royong
menyumbang.Sehingga tak perlu “menjual diri” kepada segelintir orang untuk
mendukung dan membiayai kampanyenya.Yang ujung2nya hanya akan masuk pada
jebakan kepentingan sempit,yang akan membuat sulit berkelit karena factor “3
si” (koneksi,kolusi,transaksi) keras menjepit. Sosok-sosok ini telah buktikan
bahwa Uang bukan segalanya.Dan tak benar kalau SEGALANYA harus butuh uang. Konser
diselenggarakan para seniman papan atas,pawai budaya,dll, ternyata digelar
dengan gotong royong diantara mereka.Warga segala lapisan hadir sukarela tanpa
ada koordinator lapangan yang memprovokasi hingga memobilisasi dengan mencarter
MetroMini dan siap uang untuk dibagi-bagi. Sosok-sosok ini orang kaya sejati.Bukan
karena masuk orang terkaya di seantero bumi. Tapi,karena bisa memiliki sesuatu
yang tak lagi bisa dibeli.Apa itu? Hati dan Kepercayaan Rakyat Indonesia.
Pada Pemilu
pileg,santer terdengar money politics terjadi dimana-mana.Tapi salah satu desa
di daerah Jogja warga pasang spanduk “Jangan
terima uangnya,Jangan coblos orangnya”.Benih-benih sikap unggul semakin
tumbuh subur.Masyarakat juga punya harga diri yang tidak untuk diperjual beli.
Sebuah acara di
stasiun teve *) menampilkan sosok Ibu Nung.Pemulung dengan 12 anak,single parent,
guru mengaji, murid 60 orang, tanpa mau dibayar.Host bertanya kenapa tidak mau
dibayar?bukankah butuhkan uang untuk hidupi keluarga?dijawab dengan tulus,bahwa
hatinya menolak untuk pungut bayaran atas karya berdasarkan niat kebaikan.Kembali,dalil
Uang bukan segalanya,tapi Segalanya butuh
uang ternyata tak serta merta
membuat ibu Nung kalap,silau pada uang.Dari semua lapisan sosial terbukti bahwa
banyak orang hebat. Ketidak munculan
mereka selama ini karena ditenggelamkan system yang sarat “3 si”. Tapi intan
tetaplah intan walau dikubur di lumpur. Beri mereka ruang untuk berkarya dan
hargai sebaiknya sebagai Warga Negara Indonesia.Maka melalui semangat ,sikap
mental dan karya kreatifnya, Indonesia
akan Berjaya. Selamat Datang Era Baru Indonesia.
Semarang
,24 Juli 2014
(Purnomo
Iman Santoso-EI),
Villa Aster
II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang
50268