Tuesday, November 23, 2010

Invisible Hands



Istilah  intervensi , berapa tahun terakhir ini menduduki rating tinggi.Sangat sering digunakan pejabat dan birokrat untuk menunjukkan bahwa dirinya anti KKN.
Intervensi  dalam bahasa Inggris intervension,diterjemahkan sebagai campur tangan.Dari jajaran tertinggi hingga terendah,seperti koor,tabu akan intervensi.Namun realita berbicara lain.Disaat anak bangsa berlomba di ajang dunia untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia,korupsi merajalela.Disaat anak anak ibu pertiwi atlit bulutangkis,atlit dayung perahu naga,team olimpiade fisika,tinju dll merebut medali  kompetisi dunia, disaat yang sama  Indonesia tercinta menduduki   jawara korupsi dunia.Lantas,adakah yang salah dari perilaku anti intervensi?Tentunya tidak.
Kalau ditelaah secara awam,penyebabnya adalah pembiasan penggunaan istilah yang menggunakan tangan.Pengertian  tabu intervensi /campur tangan akan merugikan bila sarat semangat kepentingan sempit. Tabu intervensi menjadi bias,karena yang dirasakan masyarakat justru adalah semangat lepas tangan .Lebih parah lagi,tabu intervensi bergeser menjadi cuci tangan. Turun Tangan pun demikian.Bila diartikan untuk kepentingan luas,tentu makna positif.Namun bila turun tangan sarat kepentingan keberpihakkan kepada kekuasaan, tentu lain lagi.Jadilah  membingungkan.Ada yang menyuarakan kepentingan rakyat ditindak secara represif,sementara ada “demo” saling tembak dan baku bunuh di ruang public, ratusan aparat  hanya berjaga-jaga.
Majikan sumiati,TKW,pastilah pribadi menyimpang yang sangat ringan tangan.Tak ada hubungan dengan latar belakang sehingga tak perlu sweeping dan stigma.Siapapun orangnya,bahkan darimanapun asal negaranya, harus ditindak lanjuti dengan langkah dan tindakan hukum nyata.Demi harga diri bangsa,tentunya perlu intervensi para petinggi,bahkan turun tangan yang  tak cukup dengan (sekedar) bagi-bagi HP.
Bagaimana dengan buah tangan?ya ini erat dengan tradisi timur yang artinya oleh-oleh.Nilainya tak seberapa namun maknanya sangat dalam.Tentu bukan “buah tangan bila yang diartikan Nilainya (sangat) besar dan kepentingan sempitnya (juga)sangat besar.Kalau yang seperti ini awam  artikan  sebagai sogokan.
Seperti halnya mural dan vandalisme.Sama-sama karya tangan namun maknanya berbeda.Mural,melukis dinding ,pelukisnya jelas, keindahannya bisa dinikmati secara luas,merangsang imaginasi untuk berinovasi dan berkreasi.Tentunya berbeda dengan vandalisme ,sama-sama melukis dinding orangnya misterius, bersifat merusak pemandangan dan hanya membuat yang melihat menggerutu dan akal sehat menjadi mampat.Sehingga sempat  di”protes” penyanyi Nicky Astrea lewat lagu Tangan-Tangan Setan.
Invisible Hands dalam teori Adam Smith tentunya bermakna positif.Bahwa ada tangan-tangan tak nampak yang menggerakan ekonomi untuk kesejahteraan manusia.Sekali lagi,bukan dalam pengertian tangan-tangan tak nampak yang tak tersentuh hukum ,dan bekerja untuk kepentingan sempit sesaat.
Terus terang  agak grogi menulis ini,karena yang disampaikan sebenarnya hal-hal sangat sepele untuk para petinggi yang pasti orang pintar  .Yakinlah ,presiden yang dipilih 60% rakyatnya sebenarnya sudah sangat paham makna  intervensi/campur tangan,turun tangan dan kapan itu semua harus dilakukan.Serta bedanya dengan lepas tangan dan cuci tangan.Dan pasti paham,bahwa kontaminasi kepentingan sempitlah yang membuat semua itu jadi rancu dan hukum menjadi gagu.
Semarang ,23-11-2010

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268