Thursday, March 18, 2010

Setuju Komdis PSSI!Tapi...



Maklumat Kapolda Jateng,Bp Alex Bambang Riatmojo,dengan sangat jelas dan tegas mewajibkan setiap pertandingan sepakbola harus menjunjung tinggi fair play . Entah menganggap angin lalu,saat Persis Solo bertanding melawan Gresik United, Kapolda Jateng disuguhi pertandingan sepakbola “plus” adu jotos.Mungkin yang dibenak para pesepakbola “jagoan”,toh,selama ini tidak apa-apa. Maklumat tidak sebatas diatas kertas.Tanggung jawab Polri terhadap keamanan dan ketertiban umum memaksa Bp Alex Bambang Riatmojo bertindak tegas.Bernard Mamadou dan Nova Zaenal ditangkap,ditahan.Walau terjadi protes dari PSSI yang merasa terusik, kedua pemain tetap menjalani proses peradilan dan dijatuhi hukuman. Kapolda Jateng, terus melangkah maju,menegakkan ketertiban umum. Bukannya berterima kasih,dengan segala dalih Komdis PSSI  terus protes karena merasa di Intervensi(?).
Ada baiknya kita merenung sejenak mencermati industri sepakbola nasional. Ijin pemain asing bermain di Liga Indonesia tujuannya demi memajukan persepakbolaan nasional.Pemain domestic diharapkan dapat memetik hal-hal positif dari pemain asing. Tapi,sebaliknya.Bukannya lahir pemain potensial dan PSSI kembali disegani seperti dulu. Perkelahian antar pemain,kerusuhan supporter, dugaan suap-menyuap wasit terus melanda.Permainan lebih didominasi otot daripada otak,Okol daripada akal.Tampak jelas pemain tidak bisa membedakan antara permainan keras dengan kasar , kotor,Juga tak tahu beda Taktik dengan Licik. Dengan mudah mengeroyok wasit bila kehendaknya tak dituruti.Akibatnya,begitu bertanding internasional dengan wasit yang tegas menegakkan aturan,pemain timnas canggung dan serba salah. Prestasi PSSI pun semakin meredup.pemain potensial tidak muncul.
Saya teringat pemain muda berbakat PSIS bernama Julian Kusuma patah kaki  saat pertandingan melawan (seingat saya)Persib.Dia di takle secara brutal.Ironisnya pemain yang melakukan takle,saya lupa nama tapi ingat wajahnya,masih bebas bermain .Terakhir  wajahnya muncul (kalau tak salah)di team Persija. Belum lama ini  pemain Persebaya,Anang Maaruf ditakle secara ganas oleh lawannya.Ditayangkan bagaimana Anang Maaruf melayang jatuh fatal  dan diduga mengalami patah tangan.
Tak jelas apa sangsi terhadap pemain tersebut.Biasanya hanya sebatas kartu merah saja,maupun sangsi negotiable dari Komdis PSSI.Akibatnya,permainan kasar dan kotor, takle primitif, menginjak,menyikut secara sengaja, terus mewarnai pertandingan sepakbola liga Indonesia.Berapa banyak lagi perlu jatuh korban,ironisnya lagi bila korbannya justru pemain potensial masa depan?.Bagaimana supporter? Kita tahu betapa was-wasnya masyarakat kalau berpapasan dengan supporter.Kembali, dalih-dalih canggih dan professional dikumandangkan oleh Komdis PSSI Hinca Panjaitan .
Sekedar mengingatkan. Kepolisian Inggris turun tangan saat terjadi  bentrokan Steven Gerrard dengan El Hadji Diouf dilorong pemain(bukan dilapangan).Bagaimana dengan mematahkan kaki?Dalam kompetisi semi amatir,Sunday League Football diberitakan Mark Chapman,striker Long Lawford melakukan takle kasar secara sengaja terhadap Terry Johnson.Bek kiri Wheeltappers itupun kakinya patah dan tak bisa bermain selamanya.Kartu merah,denda dari “komdis” Asosisasi Sepakbola Inggris/FA,ternyata tidak cukup. Long Lawford ditangkap polisi,disidang, divonis enam bulan penjara(!).

Saya setuju dengan dalih  Komdis PSSI. Tapi,dengan catatan.Saat terjadi chaos dilapangan, komdis turun tangan langsung.Bpk Hinca Panjaitan dan jajaran PSSI berani (menggantikan Kapolda Jateng dan jajarannya) berdiri di loko kereta yang sedang ditimpuki batu.Silahkan komdis persiapkan pasal-pasal untuk melegalkan tindakkan jantan tersebut.Sebagai awam,saya tidak rela kalau keterlibatan Polri selalu setelah terjadi kerusuhan.Polri sebagai pengayom tidak boleh diperankan PSSI sebagai “tukang gebug” saat terjadi chaos.Sementara potensi yang merusak hanya direspons sebatas aturan diatas kertas, argumentasi lewat pasal-pasal  yang tidak membumi dan diawang-awang . Bp Alex Bambang Riatmojo langkah preventif anda saya rasakan penuh ketulusan demi kemajuan sepakbola nasional dan ketertiban umum.Maju terus Maklumat Kapolda Jateng .
Semarang ,18-3-2010

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

Wednesday, March 10, 2010

Pengalaman Mengurus Paspor



Bila anak anak libur,saya sering ajak membayar pajak.Atau saat perpanjangan KTP, ke RT/RW,Kelurahan,Kecamatan.Tujuannya,memperkenalkan secara dini apa-apa yang akan juga mereka lakukan pada saat dewasa nanti.
Beberapa waktu yang lalu saya mendampingi mengurus paspor untuk kedua anak saya yang akan mengikuti seleksi program pertukaran pelajar.Reaksi anak saya melihat petugas imigrasi,”kok  tidak ramah  ya pa”.Saya jawab “mereka sibuk,permohonan paspor banyak”.Anak saya menjawab,”di BCA kan ramai,tapi tetap ramah-ramah”.
Saat jadwal foto,anak saya yang SMA, harus minta ijin sekolah.Diijinkan hingga “jam pelajaran ke 4/secepatnya”.Kami datang di kantor imigrasi pagi,ruangan masih tutup. Berdua dengan seorang ibu yang juga mengantar dua anaknya-juga siswa/i,kami datang paling awal.Sejenak kemudian,jam 7.30 ruang kantor dibuka.Ruangan masih kosong. Kamipun mengantri.Cukup lama,karena serombongan orang yang datang belakangan justru dilayani lebih dulu.Anak sayapun gelisah,mengingat ijin yang diberikan sekolah “secepatnya/sampai jam pelajaran ke 4” .Anak saya bertanya “lho kita kan datang paling pagi,kok tidak dipanggil-panggil pa”?. Yah ,komentar jujur , meluncur apa adanya.Anak saya akhirnya dipanggil masuk untuk foto dan wawancara sekitar jam 9.15,keluar dari kantor imigrasi sekitar jam 9.40 selanjutnya depan sekolah sekitar jam 10.00 lebih.
Mohon maaf,jangan keburu murka membaca reaksi anak saya.Ini reaksi jujur karena merasa sudah mengantri tertib sejak pagi.Dan kalau saya perhatikan,reaksi gelisah sebenarnya juga muncul dari orang dewasa sesama pengantri.
Setelah melalui perenungan,saya memberanikan diri menulis masukan dengan memilih kata yang diharapkan bisa mencerahkan.Saya tak bermaksud mencari-cari kesalahan.Bahkan juga tidak memasalahkan adanya pengurusan lewat biro jasa.Sangat dipahami,kesibukan setiap orang berbeda-beda. Sebagai warga yang punya waktu untuk urus sendiri sesuai anjuran  instansi ,sangat mendambakan pelayanan terbaik dari kantor imigrasi yang saya banggakan.Sebagai warga,ingin rasanya memberi usul yang sama sekali tidak bermaksud menggurui, sebagai berikut:
 Pertama:Banyaknya permohonan paspor,mestinya disyukuri.Ini menunjukkan mobilitas tinggi Warga Negara Indonesia di era globalisasi.Apalagi  banyak dari mereka generasi muda.Baik pengusaha,dosen,siswa,mahasiswa,hingga TKI-TKW.Mereka warga usia produktif,ujung tombak bangsa yang siap berkompetisi secara global (bukan jago kandang) .Potensi pahlawan devisa dalam pengertian bukan propaganda.
Kedua:Merespon  rasa syukur, yang paling bijak adalah memberikan service excellent/pelayanan prima dan standard waktu proses.Akan sangat bijak memberi loket dan jalur proses terpisah untuk biro jasa.Bisa dicontoh diperbankan.Ada  loket  dan proses tersendiri untuk prime customer.Prosedur tetap sama telitinya.Dengan demikian,standard waktu proses loket untuk warga yang urus sendiri tetap  sama lancarnya.
Ketiga:Penyegaran Budaya Kerja.Pasti banyak pemohon yang awam terhadap urusan birokrasi.Sebagai petugas yang terlatih, trampil dibidangnya,dituntut bisa memberi penjelasan  atas setiap pertanyaan dari pemohon. Jauhkan sikap tidak simpatik ataupun tanpa empati.Warga yang urus sendiri, juga warga yang patuh.Kalau pun ada pertanyaan yang dinilai “bodoh”, berulang-ulang/ “itu-itu” juga,jangan digebyah uyah seolah “membangkang”.Yakinlah,mayoritas karena keawaman. Tugas Bp/ibu imigrasi yang sudah piawai untuk memberi penjelasan dengan sabar,maklum, dan senyum.Dengan senyum tulus dijamin akan menyehatkan jiwa,menghilangkan stress diri,menjauhkan sakit penyakit.Yang urus sendiri juga  membayar tunai, sesuai ketentuan,tidak ngutang,apalagi gratis. Jadi haknya untuk pelayanan prima harus sama.Tanpa pelayanan prima dan simpatik,anjuran untuk mengurus sendiri hanya akan jadi slogan kosong.

Perlu diketahui bersama,salah satu parameter yang digunakan pemerintahan presiden SBY untuk mengukur kinerja 100 hari nya adalah mutu pelayanan pembuatan paspor.
Sekedar info:Kantor Samsat,Kantor Pajak, Kelurahan, Kecamatan sudah sangat banyak kemajuan dalam pelayanan  masyarakat. Demikian,semoga bermanfaat.
Semarang ,10 -3-2010

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

Friday, March 05, 2010

WUZZZZZZZZZZ........



Iklan sepeda motor sangat gencar.Iklan dengan target golongan usia produktif juga menggarap konsumen potensial.
Belum lama ini saya sempat berbincang dengan seorang  kenalan.Ybs bercerita bahwa anak-anaknya telah diwajibkan belajar naik sepeda motor sejak kelas satu SMP.Katanya,ini untuk persiapan bila sang anak melanjutkan sekolah mengingat transportasi yang dinilainya sangat semrawut.Pertimbangan yang bisa dipahami ini tampaknya dibidik secara jeli oleh kalangan industri otomotif. Mudah dijumpai anak-anak usia SMP,SMA berkendara dengan bebas di jalanan. Bahkan di jalan komplek perumahan dijumpai juga anak usia SD.
 Sering yang ditonjolkan oleh iklan sepeda motor adalah factor kecepatan.Ada iklan  sepeda motor yang didukung aktor senior menggambarkan kedahsyatan kecepatan.WUZZZZZZZ….,bahkan jembatan pun divisualisasikan bergoyang.
Jalanan masih banyak yang bergelombang hingga berlubang.Rambu lalu lintas belum semuanya terawat prima.Pemasangan down timer di banyak traffic light sudah sesuai dengan kebutuhan jaman di era  sarana lalu lintas berkecepatan tinggi. Sayang,perawatan down timer masih perlu ditingkatkan lagi agar tak mudah dijumpai down timer yang tak berfungsi semestinya.
Pemerintah terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan keselamatan dan kenyamanan berlalu lintas.Dalam undang-undang lalu lintas yang baru,penyelenggara jalan bisa dituntut bertanggung jawab bila terjadi kecelakaan akibat sarana yang membahayakan.Agar saling melengkapi, perlu diimbangi oleh industri otomotif untuk juga melakukan kampanye gencar terkait keselamatan konsumen dalam iklan iklannya. Untuk menggeser mind set kecepatan yang selama ini sudah terlanjur mencengkeram. Industri rokok,selalu memberikan Peringatan pada konsumennya tentang Bahaya merokok bagi kesehatan.
Semarang ,5-3-2010

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268