Bila anak anak
libur,saya sering ajak membayar pajak.Atau saat perpanjangan KTP, ke
RT/RW,Kelurahan,Kecamatan.Tujuannya,memperkenalkan secara dini apa-apa yang
akan juga mereka lakukan pada saat dewasa nanti.
Beberapa waktu
yang lalu saya mendampingi mengurus paspor untuk kedua anak saya yang akan
mengikuti seleksi program pertukaran pelajar.Reaksi anak saya melihat petugas
imigrasi,”kok tidak ramah ya pa”.Saya jawab “mereka sibuk,permohonan paspor banyak”.Anak saya menjawab,”di BCA kan ramai,tapi tetap ramah-ramah”.
Saat jadwal
foto,anak saya yang SMA, harus minta ijin sekolah.Diijinkan hingga “jam pelajaran ke 4/secepatnya”.Kami
datang di kantor imigrasi pagi,ruangan masih tutup. Berdua dengan seorang ibu
yang juga mengantar dua anaknya-juga siswa/i,kami datang paling awal.Sejenak
kemudian,jam 7.30 ruang kantor dibuka.Ruangan masih kosong. Kamipun
mengantri.Cukup lama,karena serombongan orang yang datang belakangan justru dilayani
lebih dulu.Anak sayapun gelisah,mengingat ijin yang diberikan sekolah “secepatnya/sampai jam pelajaran ke 4”
.Anak saya bertanya “lho kita kan datang
paling pagi,kok tidak dipanggil-panggil pa”?. Yah ,komentar jujur , meluncur
apa adanya.Anak saya akhirnya dipanggil masuk untuk foto dan wawancara sekitar
jam 9.15,keluar dari kantor imigrasi sekitar jam 9.40 selanjutnya depan sekolah
sekitar jam 10.00 lebih.
Mohon maaf,jangan
keburu murka membaca reaksi anak saya.Ini reaksi jujur karena merasa sudah
mengantri tertib sejak pagi.Dan kalau saya perhatikan,reaksi gelisah sebenarnya
juga muncul dari orang dewasa sesama pengantri.
Setelah melalui
perenungan,saya memberanikan diri menulis masukan dengan memilih kata yang
diharapkan bisa mencerahkan.Saya tak bermaksud mencari-cari kesalahan.Bahkan
juga tidak memasalahkan adanya pengurusan lewat biro jasa.Sangat dipahami,kesibukan
setiap orang berbeda-beda. Sebagai warga yang punya waktu untuk urus sendiri sesuai
anjuran instansi ,sangat mendambakan
pelayanan terbaik dari kantor imigrasi yang saya banggakan.Sebagai warga,ingin
rasanya memberi usul yang sama sekali tidak bermaksud menggurui, sebagai
berikut:
Pertama:Banyaknya
permohonan paspor,mestinya disyukuri.Ini menunjukkan mobilitas tinggi Warga
Negara Indonesia di era globalisasi.Apalagi
banyak dari mereka generasi muda.Baik pengusaha,dosen,siswa,mahasiswa,hingga
TKI-TKW.Mereka warga usia produktif,ujung tombak bangsa yang siap berkompetisi
secara global (bukan jago kandang) .Potensi pahlawan devisa dalam pengertian
bukan propaganda.
Kedua:Merespon rasa syukur, yang paling bijak adalah memberikan
service excellent/pelayanan prima dan
standard waktu proses.Akan sangat bijak memberi loket dan jalur proses terpisah
untuk biro jasa.Bisa dicontoh diperbankan.Ada loket dan proses tersendiri untuk prime customer.Prosedur tetap sama
telitinya.Dengan demikian,standard waktu proses loket untuk warga yang urus
sendiri tetap sama lancarnya.
Ketiga:Penyegaran Budaya Kerja.Pasti
banyak pemohon yang awam terhadap urusan birokrasi.Sebagai petugas yang terlatih,
trampil dibidangnya,dituntut bisa memberi penjelasan atas setiap pertanyaan dari pemohon. Jauhkan
sikap tidak simpatik ataupun tanpa empati.Warga yang urus sendiri, juga warga
yang patuh.Kalau pun ada pertanyaan yang dinilai “bodoh”, berulang-ulang/
“itu-itu” juga,jangan digebyah uyah seolah
“membangkang”.Yakinlah,mayoritas karena keawaman. Tugas Bp/ibu imigrasi yang
sudah piawai untuk memberi penjelasan dengan sabar,maklum, dan senyum.Dengan
senyum tulus dijamin akan menyehatkan jiwa,menghilangkan stress diri,menjauhkan
sakit penyakit.Yang urus sendiri juga membayar
tunai, sesuai ketentuan,tidak ngutang,apalagi gratis. Jadi haknya untuk
pelayanan prima harus sama.Tanpa pelayanan prima dan simpatik,anjuran untuk
mengurus sendiri hanya akan jadi slogan kosong.
Perlu diketahui
bersama,salah satu parameter yang digunakan pemerintahan presiden SBY untuk
mengukur kinerja 100 hari nya adalah mutu pelayanan pembuatan paspor.
Sekedar info:Kantor
Samsat,Kantor Pajak, Kelurahan, Kecamatan sudah sangat banyak kemajuan dalam
pelayanan masyarakat. Demikian,semoga
bermanfaat.
Semarang ,10
-3-2010
(Purnomo Iman
Santoso-EI)
Villa Aster II Blok
G no. 10,Srondol,
Semarang 50268