Friday, June 03, 2005

Renovasi Produk Perbankan

Akhir-akhir ini sering dijumpai surat pembaca yang mengeluhkan susutnya tabungan akibat dipotong biaya administrasi oleh bank.Kalau kejadian diatas dibiarkan bukan tidak mungkin disimpan “dibawah bantal” akan kembali jadi pilihan masyarakat karena paling tidak pokok simpanan masih terselamatkan.Soal dalih bahwa uang bakal susut karena inflasi dll menjadi bukan hal yang prinsip. Kalau menyimak kenyataan ini, kesimpulannya ada yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan tabungan di bank saat ini.
Penghimpunan dana masyarakat, Perbankan diijinkan melalui 3 produk yaitu :
- Saving / tabungan yang bisa disetor-tarik setiap saat dengan menggunakan slip
penarikan dan slip setor.
-Time Deposit/Deposito merupakan simpanan dengan jangka waktu tertentu
- Current Account/ rekening giro, hanya bisa ditarik dengan Cek atau Bilyet Giro.

Di era persaingan perbankan yang ketat ,semua bank berlomba memperebutkan dana masyarakat dalam bentuk tabungan karena dana ini selain di persepsikan sebagai dana murah juga pengendapannya relatif stabil .Awal pertempuran memperebutkan dana masyarakat diawali sekitar tahun 1988 saat Direktur Utama BRI, Karmadi Arief meluncurkan tabungan simpedes yang berhadiah barang.Simpedes menjadi terobosan yang berhasil menjaring dana masyarakat saat itu.Mempelajari keberhasilan ini Direktur Utama PT BCA, Mochtar Ryadi sekitar tahun 1990 meluncurkan produk tabungan berhadiah Tahapan dengan hadiah utama uang dengan jumlah yang spektakuler.Langkah revolusioner dan berani ini menjadi awal terjadi perang hadiah uang antar bank dan berkembang menjadi seperti jor-joran.Berikut muncul tabungan berhadiah uang dari para follower antara lain Primadana (PT.Bank Danamon Indonesia ) ,Taplus ( Bank Negara Indonesia 1946), Tabungan si Jempol (PT Bank Bali) dll .Sering juga disertai dengan insentif bagi para Marketing Officer.Era hadiah uang mulai bervariasi dengan hadiah barang baik dalam bentuk kendaraan bermotor(mobil mewah hingga sepeda motor)hingga barang elektronik.Perang produk tabungan hadiah inilah awal mula terjadinya :
1.Kanibalisme produk : Untuk kejar hadiah tidak jarang ,atas saran dari petugas bank- Marketing Officer, deposan diminta alihkan dana depositonya ke tabungan sesaat
dengan tujuan untuk kumpulkan point undian dan siapa tahu bisa raih hadiah utama.

2.Kerancuan produk : nasabah current account (selanjutnya disebut rekening giro)
berupaya mendapatkan hasil yang lebih besar karena jasa giro umumnya lebih kecil
dibanding bunga saving (selanjutnya disebut tabungan),belum lagi bila ada undian
berhadiah.Dengan pertimbangan ini, nasabah rekening giro lebih suka memarkir
dananya di rekening tabungan.

Kerancuan disini terjadi karena walau sama-sama bisa ditarik setiap saat namun
dana di tabungan sifatnya berbeda dengan dana di rekening giro.
Tabungan : bersifat kelebihan dana antara lain yang berasal dari fixed income
earner/penghasilan tetap,sifat dana tidak terlalu berfluktuasi.

Rekening Giro, dana berasal dari perputaran working capital (modal kerja) antara
lain berasal dari transaksi pembayaran Account Receivable (piutang) ,
Inventory –stock (persediaan) maupun Account Payable (hutang
dagang).Sifatnya sangat berfluktuasi.

3.Data Tabungan berpotensi tidak akurat.
Sering terjadi, banyak bank menawarkan pada nasabah fasilitas standing instruction
untuk melakukan pemindah bukuan dana secara otomatis baik dari tabungan ke
rekening giro saat nasabah ada penarikan Giro Bilyet maupun Cek ataupun sebaliknya
dari rekening giro ke tabungan saat ada kelebihan dana direkening giro .Dengan
pertimbangan persaingan bahkan service ,pola ini pernah banyak terjadi di
perbankan nasional. Sehingga barangkali tidak berlebihan kalau nilai tabungan yang
tercermin di perbankan perlu dievaluasi lagi.Kemampuan saving masyarakat yang
tercermin dipenghimpunan dana pihak III*) produk tabungan, bisa dipastikan tidak
murni lagi.Karena jumlah komponen modal kerja dari dunia usaha justru bisa
mendominasi.

Secara realita ,kemampuan saving masyarakat seharusnya melemah dengan sangat
drastis.Indikatornya :
•banyak PHK dimana-mana,karena rasionalisasi perusahaan.
•melemahnya kemampuan perusahaan dalam meraih laba dalam era kompetisi global
akibat high cost economy .Ini akan mempengaruhi kenaikan persentage gaji
karena bukan tidak mungkin kenaikan gaji selalu harus diajust oleh kalangan dunia
usaha karena adanya porsi untuk aktor high cost economy.
•kenaikan BBM yang mengakibatkan kenaikan biaya hidup .
semua factor-factor diatas dirasakan seluruh masyarakat sebagai target market
dari saving, tanpa kecuali golongan fixed income earner.

4. Extra Cost
Peningkatan service perbankan dengan menyediakan ATM,phone banking,online
system, disatu sisi memang sangat menggembirakan.Namun disisi lain ada biaya
yang harus ditanggung nasabah .Disinilah muncul biaya administrasi yang tidak
jarang menjadi memberatkan karena dibebankan secara prorata .

5.Penabung pasif
bank tidak jarang salah bidik target customer sehingga number of account (jumlah
nasabah) yang ada tidak bisa otomatis mengindikasikan suatu customer
based ,karena banyaknya nasabah pasif.Padahal bank tetap menanggung beban
untuk me maintain account nya .

Untuk mengatasi kondisi diatas, saran dibawah ini mudah2an dapat bermanfaat:
- Bank Indonesia harus merenovasi,melakukan pembaharuan dengan menata ulang dan
pengawasan produk perbankan agar situasi kanibalisme dan kerancuan produk tidak
terus berlanjut.
- Bank Indonesia perlu melakukan pengawasan terhadap hadiah yang berpotensi jor2an
untuk hindari persaingan yang tidak sehat dimana pada akhirnya nasabah kebanyakan
yang akan dirugikan.
- Perbankan ditunjang dengan systemnya yang canggih perlu kreatif ciptakan produk
yang feasible untuk masing-masing segmen pasar yang dibidik.Sebagai contoh: untuk
pengusaha diciptakan rekening giro yang kompetitif,dengan jasa giro yang fair.
Demikian pula untuk penabung .
- Ada pengawasan terhadap biaya administrasi yang dipungut bank untuk masing-masing
produk agar tidak merugikan nasabah.Bank Indonesia perlu memperketat definisi dan
kriteria fee based income. Anggapan biaya administrasi sebagai komponen fee based
income dikhawatirkan ada kecenderungan bank terus berlomba meningkatkan fee based
income yang berdampak besaran biaya administrasi menjadi irrasional.
- BI perlu tetapkan aturan jelas tentang identifikasi dan kriteria rekening pasif
yang fair untuk penampungan para penabung pasif agar pokok tabungan tidak habis
dipotong biaya administrasi.

Ini harus segera dilakukan agar :
- Biaya adminisatrasi semestinya dan sesuai untuk masing-masing produk.Sehingga
tidak terjadi lagi kondisi kontra produktif seperti saat ini (menabung malah
buntung)
- Fungsi intermediasi bank tidak terganggu.
Fungsi bank sebagai penghimpun dana masyarakat untuk disalurkan secara produktif –
positif tidak boleh terganggu akibat pembebanan biaya ke nasabah secara prorata
apalagi tidak make sense.Karena dikawatirkan bertentangan dengan anjuran untuk
membangkitkan gairah menabung.Apatisnya masyarakat untuk menabung dan adanya
kerancuan produk, disamping menurunkan jumlah saving riil juga data saving bisa
menyesatkan para pengambil kebijakan Ekonomi Nasional.Ini sangat tidak baik untuk
ekonomi macro Indonesia karena saving merupakan komponen pendapatan nasional.

Semarang , 03-06-2005

(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II G No. 10,Srondol,
Semarang 50268

*)istilah bank untuk dana masyarakat