Friday, April 12, 2013

Pemimpin yang ber "DNA



Sebagai orang biasa, bisa lebih simple melihat karakter para petinggi yang muncul di public.
Memilih atasan,kalau itu bisa dipilih,(atau pihak –pihak yang berwenang menentukan);haruslah memilih orang-orang yang punya karakter tanggung jawab dan ksatria. Bagaimana kompetensi dan profesionalitas?Itu penting. Tapi …Kriteria Tanggung Jawab dan Ksatria itu mutlak menjadi bekal seorang atasan karena ini cerminan Leadership dan Integritas. Dalam pemahaman awam; Integritas, Leadership lebih beorientasi kearah “DNA”/ gesture/watak/ build up/ nurani. Sedangkan Profesional dan Kompetensi ,sesuatu yang bisa dipelajari,Baik secara akademis maupun learning by doing.Sifatnya CKD(=complete knock down,bisa di “karoseri”),attribute,title,otak.
DNA identik dengan genuine,orisinal,natural sehingga akan lebih teruji waktu.Pemahaman awam,Pemimpin ber DNA adalah Pemimpin yang menggunakan Kecerdasannya secara Lengkap.(Intelegent Quotient/IQ,Emosional Quotient/EQ,Spiritual Quotient/SQ,Creative Quotient/CQ,Adversity Quotient/AQ =kecerdasan memecah kebuntuan).
CKD!yach namanya juga barang rakitan, akan tergantung pihak lain yang merakit.Tidak ada prinsip, kreasi,tak ada terobosan, karena duplikasi  identik pintar. Kepentingan sesaat jadinya menggoda, muncul setiap waktu sebagai dasar pengambilan keputusan. Pemimpin dengan penekanan Profesionalisme dan Kompetensi ; IQ,EQ nya biasanya jauh diatas rata2/unggul.Namun Intelegensi yang lain (SQ,CQ,AQ) bukan tak punya.Tapi tak terasah,sehingga terlanjur tumpul.Ironisnya, Profesionalisme dipuja-puja ,dihargai mahal.Integritas dan Leadership yang seharusnya “DNA”,dipandang remeh.
Sering dijumpai pemimpin yang tak ber DNA. Meski antara verbal dan bahasa tubuh sering tidak selaras,namun keunggulan IQ dan EQnya bisa memukau  sampai common sense bahkan suara hati lawan bicara terbonsai,tak bergema.Tanpa “DNA”,potensi  menjadi atasan yang tidak mengayomi,  terbuka lebar. Berpotensi akan menjadi monster bagi bawahan meski tampil dengan mimik wajah suci tak berdosa.Pemimpin seperti ini akan menggunakan filosofi bersepeda,; kebawah menginjak,keatas mengangguk-angguk.Karena,Profesionalitas dan kompetensinya bisa digunakan untuk memangsa bawahannya bila terjadi masalah.Profesionalitas dan kompetensinya (dan mungkin relasi dan koneksinya) hanya akan digunakan untuk men “jawab” (baca:berdalih,bela diri) terhadap masalah yang ada,yang ujung2nya tak mau ikut me “n(t)anggung”.Menghadapi atasan (type seperti ini) ,bawahan pasti dalam posisi lemah,karena “sang pimpinan” akan menggunakan subyektifitas ,kepentingan sesaatnya dan ,bukan tak mungkin,perilaku otoriternya.(take it or leave it!) .Mungkin karena S(priritual)Q,C(reative)Q,A(dversity) Quotien nya tercecer dibanding IQ dan EQ nya yang jauh diatas rata-rata,pemimpin tak ber DNA bisa punya “kecerdasan” lain yang tak lazim meski kategori menyimpang.”Kecerdasan” mencari kambing hitam.
Tak ada manusia yang sempurna.Pangkat,jabatan,status ,tak bisa serta merta menjadikannya sebagai figure setengah dewa dibanding  orang biasa.Lepas dari kesalahan yang dibuat,ada hikmah positif di balik  setiap masalah yang terjadi.Lepas dari kesalahan yang (mungkin)terjadi, sebagai awam yang tak biasa berpikir njlimet,juga yang tak terbiasa bertutur dengan gaya bahasa ningrat dan “darah biru”,saya sejujurnya sangat respect dengan mantan Pangdam Diponegoro Bpk Hardiono Saroso.Sikap ksatria tidak hanya dituntut dari bawahan,tapi juga  ditunjukkan oleh atasan. Dengan bahasa verbal selaras bahasa tubuh ,dari awal,secara lugas,tegas ,jelas,spontan dan dari hati, beliau mengatakan berTanggung Jawab!.Tak urung, dengan segala keawaman ,saya merasakan inilah contoh Pemimpin ber DNA.
“… harus berani mengambil sikap.Kendati pilihan itu taruhannya adalah jabatan bahkan nyawa…”
Sangat Setuju Bapak.Sikap lebih jujur dari kata-kata bertata bahasa sorgaloka sekalipun.Saya melihat sikap yang diambil lebih dari sekedar solidaritas.Tapi itu semua ujud dari character Bertanggung jawab dan Ksatria seorang Pemimpin,bukan dalam bentuk sabda ,namun Perilaku Nyata.Tanpa perlu dikemas- dengan istilah Strong Leader.Apa artinya Strong Leader bila saat ada masalah, membebankan ke bawahan meski dikemas dengan dalih berbahasa tingkat tinggi  “kesalahan prosedur”?
 Tetap Sehat,Tetap Sukses,Bapak.Bukan bermaksud pembenaran untuk masalah yang tidak paham,tapi yakinlah banyak dari 250 juta penduduk Indonesia  yang bisa melihat secara obyektif.Teringat ungkapan entah dibaca dimana,bahwa menjadi pimpinan memang harus berani tidak popular(demi  kepentingan rakyat banyak tentunya).Ada betulnya.Kenapa?karena pimpinan adalah sosok yang melihat kedepan lebih jauh dari jangkauan yang dilihat masyarakat yang dipimpinnya.Salah – Benar selalu ada waktunya.Karena itu masalah Jarak Pandang.
Semoga system di Indonesia semakin menghargai sepantasnya dan memberi ruang lebih luas munculnya para pemimpin yang ber DNA/build up,apapun latar belakangnya..Bukan hanya pemimpin “rakitan”/ CKD yang muncul, meski diberi kemasan Profesional . Pimpinan  Ber DNA biasanya sudah dilengkapi profesionalisme dan Kompetensi.Namun, Pemimpin Profesional-Kompeten belum tentu ber DNA seorang Pemimpin.Masyarakat kita merindukan keteladanan Pemimpin Sejati.
Semarang ,12-4-2013

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268