Thursday, September 20, 2012

Ajaran Cinta Sesama Dari Seekor Kucing



AWAL  Oktober 2011(tahun lalu),rumah saya kedatangan tamu tidak istimewa.Dikatakan tidak istimewa ,karena sang “tamu” adalah induk kucing bersama kedua anaknya.Sang tamu ini selalu sedang menyusui dua anaknya tepat di depan pintu masuk rumah,saat saya pulang.
Saya dari kecil adalah pecinta anjing.Dengan mahluk ciptaan Tuhan bernama kucing,meski tidak benci,tapi sejujurnya sangat tidak suka.Segudang alasan secara fasih terucap untuk menjelaskan ketidak sukaan saya terhadap kucing.Pengalaman masa kecil,masih tergambar jelas ketika si macan,demikian nama kucing kesayangan kakak saya ,mencuri makanan di meja makan keluarga.Hingga,saat kos di Gg Bromo,Mrican,Jogjakarta,sepulang kuliah siang hari,dengan berurai peluh dan perut keroncongan,tiba di kos,ternyata rantangan makan siang saya sudah tumpah berantakan di acak2 kucing.Belum lagi,kucing suka minggat,meski disayang tuannya.
Sehingga kehadiran kucing di depan pintu rumah, saya tanggapi dengan dingin.Yang membuat tidak tega untuk mengusir,hanyalah karena setiap saya mau masuk rumah,induknya sedang menyusui anak-anaknya.Dalam hati,saya berujar,nanti kalau agak gede,kalau tidak pergi dengan sendirinya,ya paling saya akan usir.
Hanya berselang minggu,induk dan salah satu anaknya menghilang.Tapi yang seekor ditinggal,dan tidurnya persis di depan pintu rumah.Tahun sebelumnya ada kejadian serupa,sang anak kucing saya bawa menjauh dari rumah kemudian saya lepas di semak2.Tapi yang kali ini,entah kenapa,saya merasa tak tega.Sambil lalu saja saya beri sisa makanan,dan juga saya belikan susu cair.
Sang anak kucing bertumbuh sehat,dan entah dari mana,dia akan berlari-lari kerumah dan nunggu di depan pintu,begitu mendengar suara mobil saya datang.Awalnya masih saya abaikan. Suatu hari,tahu-tahu si kucing kecil menerobos masuk ke dalam rumah dengan menggondol sesuatu yang saya kira tali.Ternyata setelah saya amati seksama,yang digigitnya adalah seekor ular(!).Bangkai ular saya ambil,untuk saya buang.Kemudian balik ke rumah.Haaah ternyata si kucing sudah menggigit satu ular lagi.Luar Biasa!
Ternyata ,pohon mangga tetangga di tebang,di sela2 kayu banyak ular.Wah hebat juga kucing ini.Akhirnya si kucing kecil saya beri nama Mero.(Mero adalah salah satu anjing kesayangan saya yang sudah tiada.Anjing berkarakter bagus dan pemberani).                                
Si Mero,demikian kucing ini saya panggil,selalu berusaha dekat2 saya.Kalau saya sedang  nonton TV,dengan mengendap-endap duduk dipangkuan saya untuk kemudian tidur pulas. Bahkan kalau saya tidak sigap,saat malam hari tahu-tahu sudah masuk ke kamar,dan akan tidur di dekat kepala atau masuk ke dalam selimut. Seolah dia tidak tahu bahwa saya anti kucing.
Melihat kelakuannya,lama-lama hati saya luluh juga.Secara tak sadar ,saya selalu mencari-cari kalau si Mero tidak nongol di rumah.Mero kucing pemberani.Suatu hari,saya sempat terpancing emosinya saat seekor kucing liar besar dengan arogan menerkamnya.Saya tangkap “sang jagoan” yang sedang asyik bergumul,saya hajar ganti sampai babak belur juga.
Sampai suatu hari di awal Februari 2012,kebetulan saya agak kurang enak badan,dan pas sendirian di rumah.Sejak sore hari si Mero menghilang,namun karena badan kurang fit,saya tinggal tidur.Tengah malam,hujan gerimis,si Mero mengeong di depan pintu rumah minta masuk,namun karena baru kurang sehat, saya biarkan saja,tidak bukakan pintu.
Pagi hari,tak seperti biasanya si Mero tak nongol.Kebetulan hari itu istri dan anak saya pulang dari bepergian.Baru esok harinya,si Mero nongol ,itupun di depan rumah tetangga sebelah.Tidak biasa-biasanya!Karena biasanya begitu tahu istri dan anak saya, pasti langsung mendekat,tapi pagi itu si Mero hanya terdiam.Mujab,Tukang sayur, bilang kalau kucing ini sakit.Larissa,anak saya mengangkat si Mero ke dalam rumah.Betul ternyata sakit.Seharian kita bertiga berusaha sepenuh hati mengobati,ternyata menjelang petang,si Mero menghembuskan nafas terakhir.Istri dan anak saya berlinang air mata.Saya sendiri tercenung tak bisa berkata-kata.Dalam hati saya bergumam ”Hanya kucing,binatang yang tidak saya suka,kenapa membuat saya seperti ini ya”? Ada rasa penyesalan,kenapa malam-malam waktu minta masuk tidak saya bukakan pintu.

Petang itu juga si Mero saya kebumikan..Pikiran saya program,”ahhhh hanya kucing....”         Saya juga bukan orang sentimentil,tapi tidak tahu kenapa petang itu hati terasa sedih.Kami bertiga makan malam seolah tanpa selera.Ada sesuatu yang hilang.......

Selang beberapa hari,saya seperti disadarkan.Tiga setengah bulan si mero ”ditugaskan” bersama saya  seperti untuk menyampaikan suatu  pesan.Sebagai orang yang tidak suka kucing,saya seperti sedang  disuguhi kisah nyata.Bahwa sebagai sesama CiptaanNYA tak sepantasnya kita saling tak menyukai,saling mencurigai apalagi membenci.
Ah mero... mero..,AJARAN CINTA SESAMA DARI SEEKOR KUCING.                        .....meski mero hanyalah seekor kucing... dalam hati saya memanjatkan doa tulus ikhlas...... semoga mendapat tempat yang layak disisiNYA.Amin.

Semarang ,20-9-2012

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50263