Friday, January 09, 2015

Full Day School



Saat menjelang ajaran baru waktu lalu ,melihat spanduk mempromosikan sebuah Sekolah Dasar . Yang menarik ada kata-kata Full Day School. Iseng bertanya ke teman. Dijelaskan di system Full day School ada pelajaran Bahasa asing,computer dll. Anak bawa bekal makan siang, karena pulang lewat tengah hari. Tersirat Full Day school sekolah favorit di era orangtua sibuk cari uang “demi anak”. Keinginan disamping pintar juga agar jadi anak baik dan“Takut Tuhan”, dapat terpenuhi komplit. Tertegun, dengar penjelasan tsb. Dalam hati, beruntung lahir lebih dahulu, sehingga tak mengalami SD dengan jam pelajaran begitu panjang. Mengenang masa TK/SD tak ada yang menakutkan. Apalagi pelajaran olah raga,karena sejak kelas 5 SD diikutkan pertandingan kasti antar SD saat 17 Agustusan. Setiap hari makan dirumah.Pelajaran agama ingatnya cerita guru tentang Kebesaran Tuhan,Sang Pencipta dunia dan seisinya. Sekedar pembanding, jam pelajaran SMP-SMA waktu itu sampai jam 13, kalau jumat sampai jam 11; Ada pelajaran kosong yang bisa digeser,berarti  pulang lebih awal.
Suatu hari mendengarkan perbincangan tentang Hard Skill dan Soft Skill di radio.Pembahasan menarik. Yang teringat,hard skill itu terwakili di ijasah. Tak jelas definisi soft skill persisnya,hanya diterangkan di dunia nyata, Soft skill justru sangat menentukan keberhasilan seseorang.
Full day School diyakini telah melalui kajian pakar.Tapi soft skill tampaknya tak mudah dibuat “ekstrak”nya. Karena,Soft skill akan utuh bila dengan proses natural. Aktifitas diluar sekolah sering dianggap remeh.Faktanya Buku cerita,komik, justru lebih merangsang imaginasi untuk berkembang dan hidup dari pada buku pelajaran yang terasa“kaku”. Demikian juga bermain,corat-coret dinding kamar, pertemanan diluar sekolah,  yang sering dicap minor, buat kotor,”pergaulan bebas”,dll.Padahal dengan aktifitas tsb anak bisa melihat realita bahwa gunung tak selalu biru,sawah tak identik warna hijau,teman dari luar sekolah tak sama dengan “mahluk  asing” atau dianggap musuh bersama. Minat anak tak serta merta tergali jam pelajaran meski sehari penuh. Sering kali butuh inspirasi agar bakat muncul. Tak jarang anak berjuang sepenuh hati memunculkan minatnya dengan harus ”berontak” terhadap sistem demi melahirkan karya terbaiknya,meski di cap anak  ”bermasalah“. Sebagai awam merenung. Apakah tak lebih baik,anak (apalagi usia SD)punya cukup waktu dengan keluarga,sehari-harinya?(sesibuk sibuknya) orangtuapun tak memasrahkan pendidikan kepada sekolah.Kalau Kerewelan,merajuk, ekspresi anak yang paling jujur untuk minta perhatian. Bukankah lebih baik bisa teraktualisasi pada orangtuanya (daripada ke orang lain). Meski bisa “menjengkelkan”, setidaknya masih dipercaya anak untuk jadi pemberi solusi.Th 2010 an, ada wawancara Founder sekaligus CEO Air Asia,Tony Fernandez oleh Dessy Anwar di metro teve.Prestasinya gemilang,meraih Masterclass Global CEO of the Year.Pertanyaan  jelang usai wawancara“Apa yang membuat anda sedih?” Jawaban diluar dugaan. “yang paling membuat saya sedih adalah tidak bisa melewatkan waktu bersama anak2,mengantar-jemput sekolah,berkumpul anak2”.Kematangan bisa meredam air matanya agar tak runtuh.Tapi suara hati yang selama ini diabaikan dengan argument cerdasnya, tak bisa lagi dibungkam.Bergetar,terbata, saat berucap.Ada penyesalan dalam karena tak mendampingi anaknya saat bertumbuh,tak bisa diingkari. Dan,Kesuksesannya ternyata tak bisa “membeli” momen itu kembali.
Masa kanak-kanak hanya (sebentar) sekali. Biarkanlah imaginasinya tak terbonsai formulasi kurikulum, tak “terpasung” dinding kelas,juga tetap bisa memahami bahwa Tuhan Maha Baik.Biarkan Fisik-mental-kecerdasan-spiritual berkembang alami dan seimbang tanpa selalu dibayangi kekhawatiran tidak ranking,tak naik kelas,apalagi masuk neraka.Kematangan,kearifan,kreatifitas,jatidiri,tak otomatis terwakili nilai akademis.Juga tak selalu identik predikat “anak manis”.Teringat film Laskar Pelangi.Diskusi Pak Harfan,dengan ibu guru Muslimah menyimpulkan: “Mendidik itu masalah Hati”. Ya,masalah hati.Tak sekedar otak ataupun materi.Anak Titipan Tuhan.Utamanya dititipkan Tuhan pada orangtuanya.
Semarang , 9 Januari 2015
(Purnomo Iman Santoso-EI),
Villa Aster II Blok G no. 10,
Srondol, Semarang 50268