Acara Hitam-Putih di salah satu teve swasta tanggal 2 Januari
2013 menayangkan sosok Pak Legiman,seorang tunanetra penjual krupuk yang
(sering) ditipu pembelinya.Ada saja pembeli
menipu membayar dengan uang pecahan yang lebih kecil.
Juga, menayangkan testimoni salah seorang Putri Indonesia
2010, yang kebetulan seorang dokter, terkait pengalamannya menjumpai penelantaran
melalui penolakan kepada pasien miskin , berkendala fisik dan kurang gizi,untuk
dilayani di salah satu Puskesmas di daerah dekat Jakarta. Itu semua dilakukan hanya
demi mensukseskan sosok petinggi yang ingin menang pilkada(konon, kalau
dilayani di puskesmas si pasien miskin tersebut akan tercatat,dan otomatis
akan menambah data orang miskin di dinas
terkait).Dipenutup acara, diuraikan oleh Host bahwa Manusia adalah satu2nya mahluk
ciptaan Tuhan yang dikaruniai Otak-Pikiran-Akal Sehat dan Hati Nurani.Sedangkan
Binatang tidak memilikinya.
Esok hari , saat browsing di internet saya menemukan
artikel yang memuat kisah anjing buta yang kemana-mana selalu dituntun oleh
seekor kucing(!).Kisah tersebut bisa dibaca secara lengkap di http://internasional.kompas.com/read/2013/01/02/20160666/kisah.anjing.buta.dan.kucing.penuntunnya--internasional.Anjing
dan kucing adalah binatang yang sering menjadi lambang perseteruan abadi.Namun,diberapa
kesempatan lain,saya pernah menjumpai kisah anjing yang menyusui anak
kucing.Kisah kisah ini nyata adanya,bukan fiksi maupun sekedar ilustrasi
wejangan. Membandingkan kisah nara sumber di atas dengan artikel tersebut,
menjadikan hati kecil terusik.Dengan kodratnya yang begitu mulia,ada “oknum”
manusia yang bertingkah laku tanpa nurani.Sementara binatang, “hanya” dengan berdasar
nalurinya(instinct), berperilaku yang rasanya sangat laik disebut
mulia , menyentuh nurani kita sebagai manusia.Sang
binatang ,Nalurinya begitu peka untuk peduli pada sesama mahluk ciptaanNYA.Menjadi
mawas diri, kok ada mahluk berpredikat mulia,
nuraninya entah dimana.
Ada manusia yang
cenderung lebih menggunakan pikirannya untuk memanipulasi demi kepentingan (sempit)nya
daripada memberi kesempatan pertama nuraninya untuk mendengar
suara Tuhan.Karena dominasi pikiran, saat bertutur ,dengan cakap sekaligus cerdas menonjolkan Kekuatan Iman,ke Takwaan,
Kepasrahan.Sayang tetap tidak menyentuh hati.Karena (tak disadari) yang
terpancar aura mencobai hingga mengkambing hitamkan Tuhan. Sebagai contoh,pada
saat sadar melakukan kecerobohan seolah “pasrah” berujar “kalau sudah kehendakNYA manusia tidak bisa
apa2”.Saat benar2 terjadi suatu musibah,meski kecerobohan jelas human
error,namun ada embel-embel “itu semua sudah kehendak Tuhan” .
Jangan-jangan
justru karena tidak dikarunia pikiran,hanya dengan nalurinya ,binatang justru
lebih peka untuk menindaklanjuti suara
sang Pencipta secara sejujur-jujurnya dan apa adanya.
Ironisnya kita sering memandang rendah binatang .Begitu rendahnya ,sehingga sering
menggunakan sebagai makian .Kalau lihat
facta diatas,masihkah layak Binatang dijadikan sarana umpatan?
Semarang
,14 -1-2013
(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa
Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268