Monday, January 14, 2013

Basic Instinct



Acara Hitam-Putih di salah satu teve swasta tanggal 2 Januari 2013 menayangkan sosok Pak Legiman,seorang tunanetra penjual krupuk yang (sering) ditipu pembelinya.Ada saja pembeli menipu membayar dengan uang pecahan yang lebih kecil.
Juga, menayangkan testimoni salah seorang Putri Indonesia 2010, yang kebetulan seorang dokter, terkait pengalamannya menjumpai penelantaran melalui penolakan kepada pasien miskin , berkendala fisik dan kurang gizi,untuk dilayani di salah satu Puskesmas di daerah dekat Jakarta. Itu semua dilakukan hanya demi mensukseskan sosok petinggi yang ingin menang pilkada(konon, kalau dilayani di puskesmas si pasien miskin tersebut akan tercatat,dan otomatis akan  menambah data orang miskin di dinas terkait).Dipenutup acara, diuraikan oleh Host bahwa Manusia adalah satu2nya mahluk ciptaan Tuhan yang dikaruniai Otak-Pikiran-Akal Sehat dan Hati Nurani.Sedangkan Binatang tidak memilikinya.
Esok hari , saat browsing di internet saya menemukan artikel yang memuat kisah anjing buta yang kemana-mana selalu dituntun oleh seekor kucing(!).Kisah tersebut bisa dibaca secara lengkap di http://internasional.kompas.com/read/2013/01/02/20160666/kisah.anjing.buta.dan.kucing.penuntunnya--internasional.Anjing dan kucing adalah binatang yang sering menjadi lambang perseteruan abadi.Namun,diberapa kesempatan lain,saya pernah menjumpai kisah anjing yang menyusui anak kucing.Kisah kisah ini nyata adanya,bukan fiksi maupun sekedar ilustrasi wejangan. Membandingkan kisah nara sumber di atas dengan artikel tersebut, menjadikan hati kecil terusik.Dengan kodratnya yang begitu mulia,ada “oknum” manusia yang bertingkah laku tanpa nurani.Sementara binatang, “hanya” dengan berdasar nalurinya(instinct), berperilaku yang rasanya sangat laik disebut  mulia , menyentuh nurani kita sebagai manusia.Sang binatang ,Nalurinya begitu peka untuk peduli pada sesama mahluk ciptaanNYA.Menjadi  mawas diri, kok ada mahluk berpredikat mulia, nuraninya entah dimana.
Ada manusia yang cenderung lebih menggunakan pikirannya untuk memanipulasi demi kepentingan (sempit)nya daripada  memberi  kesempatan pertama nuraninya untuk mendengar suara Tuhan.Karena dominasi pikiran, saat bertutur ,dengan cakap  sekaligus cerdas menonjolkan Kekuatan Iman,ke Takwaan, Kepasrahan.Sayang tetap tidak menyentuh hati.Karena (tak disadari) yang terpancar aura mencobai hingga mengkambing hitamkan Tuhan. Sebagai contoh,pada saat sadar melakukan kecerobohan seolah “pasrah”  berujar  “kalau sudah kehendakNYA manusia tidak bisa apa2”.Saat benar2 terjadi suatu musibah,meski kecerobohan jelas human error,namun ada embel-embel “itu semua sudah kehendak Tuhan” .
Jangan-jangan justru karena tidak dikarunia pikiran,hanya dengan nalurinya ,binatang justru lebih peka untuk menindaklanjuti  suara sang Pencipta secara sejujur-jujurnya dan apa adanya.
Ironisnya  kita sering memandang rendah  binatang .Begitu rendahnya ,sehingga sering menggunakan sebagai makian  .Kalau lihat facta diatas,masihkah layak Binatang dijadikan sarana umpatan?

Semarang ,14 -1-2013
 (Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268